Ahad 04 Dec 2016 19:30 WIB

Pemerintah Tingkatkan Penyerapan Karet Alam Lewat Campuran Aspal

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Petani menyadap pohon karet di kebunnya yang berada di Blambangan Umpu, Waykanan, Lampung, Sabtu (21/7). Dipicu penurunan produksi akibat kemarau harga karet beranjak naik, kering 2 minggu dari Rp10 ribu/kg menjadi Rp11 ribu/kg dan kering satu bulan dari R
Foto: ANTARA/Garifianto
Petani menyadap pohon karet di kebunnya yang berada di Blambangan Umpu, Waykanan, Lampung, Sabtu (21/7). Dipicu penurunan produksi akibat kemarau harga karet beranjak naik, kering 2 minggu dari Rp10 ribu/kg menjadi Rp11 ribu/kg dan kering satu bulan dari R

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia mulai menerapkan kesepakatan tiga negara International Tripartite Rubber Council (ITRC) untuk meningkatkan konsumsi domestik karet alam. Sejak komitmen bersama yang dicanangkan 2015 silam, pemerintah Indonesia sepakat memanfaatkan karet alam secara masif, khususnya dalam pembangunan infrastruktur domestik yang dibiayai APBN.

Hal tersebut disampaikan Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Nurlaila Nur Muhammad melalui siaran resmi, Ahad (4/12).

Uji coba pemanfaatan karet alam untuk campuran aspal pun telah dilakukan di Jl Raya Sukabumi (Ruas Ciawi-Benda Km 12), Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Uji coba merupakan implementasi komitmen bersama, yang dinyatakan pada 9 April 2015 oleh Kementerian Perdagangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, dan BPPT serta didukung asosiasi. "Kita ingin mengimplementasikan gagasan domestic demand creation," ujarnya.

Gagasan tersebut disepakati tiga negara anggota ITRC (Thailand, Indonesia, dan Malaysia) pada pertemuan tingkat menteri di Kuala Lumpur, Malaysia, November 2014 lalu. Meningkatnya konsumsi domestik maupun global, kata dia, akan menjaga keseimbangan supply-demand agar harga stabil. Demo pengaspalan dilakukan sepanjang 200 meter (m) di satu sisi ruas Ciawi-Benda selebar 3,5 m dengan ketebalan 4 centimeter (cm). Rencananya akan dilakukan uji coba skala penuh sepanjang 4,2 kilometer (km). Campuran aspal yang digunakan merupakan jenis karet alam cair (lateks) sebanyak tujuh persen dan aspal yang digunakan untuk uji coba skala penuh seberat 200 ton.

Ia menuturkan, ruas jalan tersebut diperkirakan menyerap karet alam sebanyak 840 kilogram (kg). Pencampuran karet alam ke dalam aspal dapat menambah kekuatan jalan terhadap cuaca dan beban.

"Penggunaan karet alam domestik pada produk berbasis karet alam meningkat, maka permintaan akan karet alam juga ikut meningkat sehingga produksi yang 85 persen berasal dari petani mampu diserap dan petani bisa menikmati harga yang baik," kata Nurlaila.

Kementerian PUPR membuat kesepakatan dengan Kementerian Perindustrian dan Pusat Penelitian Karet Indonesia untuk merealisasikan penggunaan karet alam jenis crumb rubber sebagai campuran aspal. Kemenperin akan berperan dalam  menyediakan peralatan mesin milling karet dan masterbatch aspal karet, serta mendorong industri untuk memproduksi aspal karet. Sementara, masterbatch akan dikembangkan oleh Pusat Penelitian Karet.

Kementerian PUPR akan melaksanakan uji coba penerapan aspal karet dari crumb rubber skala terbatas sepanjang 100 m dan skala lapangan sepanjang 5 km. Kementerian PUPR juga akan meneruskan penelitian untuk meningkatkan kadar karet alam dalam aspal karet.

"Targetnya agar campuran karet alam dalam aspal karet mencapai 15 persen dari total produksi aspal," kata dia.

Ia menegaskan, kerja sama akan terus dilakukan agar campuran aspal dengan karet alam jenis crumb rubber dapat terlaksana. Sebab, lebih dari 95 persen produksi karet alam Indonesia adalah crumb rubber. Produksi karet alam Indonesia pada 2016 diperkirakan mencapai sekitar 3,1 juta ton.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement