Selasa 06 Dec 2016 12:30 WIB

Misi Kemanusiaan Rohingnya ACT Tertahan di Sittwe

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah relawan melakukan penggalangan dana untuk Rohingya.
Foto: Antara/Rony Muharrman
Sejumlah relawan melakukan penggalangan dana untuk Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Misi kemanusiaan ACT untuk Muslim Rohingya di Myanmar tertahan di Distrik Sittwe, Rakhine, karena otoritas menutup akses organisasi internasional. Sementara itu, gelombang pengungsi juga mulai membanjiri perbatasan Bangladesh-Myanmar.

Senior Vice President of Strategic Development ACT Syuhelmaidi Syukur menjelaskan, ada dua tim yang dikirim ACT untuk membantu Muslim Rohingya. Tim 1 sudah berangkat dua pekan lalu melalui Yangon dan sekarang sudah berada di Distrik Sittwe, Kota Maungdaw, Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Tapi mereka bersama LSM internasional lain tidak bisa masuk ke daerah konflik di Kota Maungdaw karena otoritas Myanmar menutup akses.

"Relawan-relawan di sana menduga akses sengaja ditutup karena masih terjadi pengusiran dan pembakaran di Kota Maungdaw. Itu sebabnya lembaga kemanusiaan internasional tidak diizinkan masuk. Kami juga dapat foto pembakaran masih terjadi di sana," ungkap Syuhelmaidi kepada //Republika//, Selasa (6/12).

Dia mengatakan, saat perwakilan Tim 1 ACT bertemu dengan UNHCR, Tim UNHCR baru mau mengantar surat izin pada Jumat (2/12) ke otoritas setempat di Maungdaw. Itu pun surat izin pengaktifan kembali kantor mereka yang sudah lama tutup. Kondisi di sana masih sepenuhnya dalam kendali militer.

Mitra lokal ACT di sana, pekan depan rencananya akan menyalurkan bantuan ke Maungdaw. Namun informasi masih minim apakah bantuan bisa masuk atau tidak, apalagi kabarnya Maungdaw bergejolak lagi.

Di Distrik Sittwe sendiri ada sekitar 70 ribu pengungsi dan belum ada pengungsi baru. Yang ada di Distrik Sittwe adalah pengungsi Rohingya korban peristiwa 2015 yang saat ini jumlahnya sudah berkurang lebih dari setengahnya.

"Di sana, Tim 1 membuat pos dan membagikan paket pangan. Kemungkinan dalam waktu dekat Tim 1 akan kembali dulu ke Indonesia," kata Syuhelmaidi.

Sementara itu, Tim 2 ACT diberangkatkan ke Cox's Bazar, Bangladesh. Pengungsi dari Maungdaw banyak juga di sana, ada sekitar 9.500 pengungsi. Otoritas Myanmar mengarahkan komunitas Rohingya ke perbatasan Myanmar-Bangladesh. Karena itu di perbatasan terlihat ada banyak pengungsian baru.

Saat ini, ACT fokus ke perbatasan Myanmar-Bangladesh. Tim 2 menyiapkan bantuan darurat, pangan, dan pakaian. Tim 2 bersama mitra lokal di sana juga sedang mengamati apakah bisa membangun tenda pengungsi di sana. Sebab para pengungsi membangun tenda sendiri seadanya.

Bantuan ACT ke perbatasan Bangladesh-Myanmar sendiri tidak akan dibatasi kapan berakhir. Namun, dalam satu bulan anggota tim akan diganti berkala.

Koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan Besar RI selalu dilakukan, Tim ACT dan KBRI saling mengabari. Tapi, pihak KBRI juga tidak bisa berbuat banyak terutama di Myanmar. "Intinya, Muslim Rohingya di Myanmar masih dalam kondisi darurat. Akses relawan juga terbatas," Syuhelmaidi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement