REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Polda Sumut menyatakan 11 orang yang ditangkap di Balige, Toba Samosir (Tobasa), Sumatra Utara bukanlah teroris. Mereka merupakan pedagang pengaman gas yang berasal dari provinsi Lampung.
"Penangkapan yang di Tobasa bukan jaringan teroris," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting, Selasa (6/12).
Rina menjelaskan, 11 orang tersebut diamankan personel Polres Tobasa di rumah kontrakan di Jalan Tandang Buhit, Pardede Onan, Senin (5/12) sekitar pukul 23.00 WIB. Penangkapan itu berawal dari kecurigaan warga sekitar terhadap 11 orang asal Lampung yang menghuni rumah kontrakan tersebut.
"Kecurigaan ini disebabkan perkataan oknum tidak bertanggung jawab bahwa mereka adalah teroris yang melarikan diri dari Siborong-Borong, Tapanuli Utara," ujar dia.
Mendapatkan informasi dari warga tersebut, Satuan Intel Polres Tobasa melakukan penyelidikan terhitung sejak Jumat (2/12), lalu. Kesebelas orang itu pun kemudian diamankan dan dimintai keterangan tiga hari kemudian.
Dari hasil interogasi yang dilakukan, kesebelas orang itu mengaku sebagai pekerja yang menjual dan mempromosikan alat pengaman gas ke desa-desa. Mereka pun mengaku sering berpindah-pindah wilayah kerja di Sumut. Sejak medio 2016 hingga diamankan petugas, mereka diketahui telah tinggal dan bekerja di Asahan, Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara, dan Tobasa.
Saat bekerja, para pekerja ini menggunakan satu unit mobil Toyota Avanza dan enam sepeda motor yang seluruhnya menggunakan nomor polisi wilayah Lampung (BE). Kendaraan ini diberikan perusahaan tempat mereka bekerja, yakni UD Tabek Jaya, perusahaan di Tanggamus, Lampung yang bergerak di bidang alat-alat rumah serta pengaman dan penghemat gas.
"Dari hasil wawancara Kasat Intelkam AKP Nazaruddin kepada pimpinan UD Tabek Jaya, Desven Riady, melalui ponsel, kesebelas warga itu adalah karyawannya dan mereka diberi surat tugas dari UD tersebut dan kendaraan," kata Rina.
Dalam penangkapan tersebut, Rina menyebut, petugas juga mengamankan peta wilayah yang ditinggali mereka. Peta tersebut diklaim dibuat untuk mempermudah kerja mereka di lapangan dan bukan untuk tujuan lain. "Untuk melancarkan kerja, mereka membuat peta lokasi agar tidak terjadi kesalahan di lapangan. Peta lokasi mereka untuk berjualan alat pengaman kompor gas," ujar dia.
Saat ini, Rina mengatakan, mereka masih berada di Mapolres Tobasa. Dia pun kembali menegaskan bahwa para pekerja itu tidak terlibat dalam jaringan teroris seperti yang ramai dikabarkan di media dan media sosial. "Dari hasil introgasi dan wawancara yang dilakukan Sat Intelkam Polres Tobasa serta koordinasi dengan Densus 88 AT, sampai saat ini belum dapat ditemukan bukti keterlibatan mereka dalam jaringan teroris," kata Rina.