Kamis 08 Dec 2016 00:45 WIB

Fahira Idris: Anak-Anak Korban Gempa Pidie Jaya Butuh Pemulihan Trauma

Rep: Kabul Astuti/ Red: Bilal Ramadhan
Tim SAR memandu korban selamat seusai dievakuasi dari reruntuhan bangunan akibat gempa di Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua , Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).
Foto: Antara/Ampelsa
Tim SAR memandu korban selamat seusai dievakuasi dari reruntuhan bangunan akibat gempa di Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua , Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gempa berkekuatan 6,5 SR yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh dengan kedalaman 10 kilometer, juga dirasakan di beberapa kabupaten/kota lain di Provinsi Aceh. Kepanikan akibat gempa ini menimbulkan trauma terutama kepada anak-anak, terlebih Aceh punya pengalaman bencana gempa dan tsunami yang cukup besar.

Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris meminta pemerintah juga menurunkan tim untuk memulihkan trauma (trauma healing) warga Pidie Jaya akibat gempa, terutama kepada anak-anak dan lansia.

Menurut dia, pemulihan trauma penting agar kepanikan warga bisa berkurang sehingga penanggulangan pascabencana bisa berjalan baik dan komprehensif.

“Pemulihan infrastruktur fisik penting, tetapi juga harus disertai pemulihan psikologis warga terutama anak-anak karena ingatan traumatis saat mereka melihat dan merasakan langsung bencana akan tertinggal di alam bawah sadar mereka,” jelas Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Rabu (7/12).

Ia menuturkan efeknya anak-anak menjadi mudah murung hingga susah tidur. Kalau tidak dipulihkan, trauma akan mengendap terus hingga mereka beranjak dewasa. Fahira menambahkan, perlunya segera diterjunkan tim pemulihan trauma setelah bencana ke Pidie Jaya, karena biasanya dalam setiap bencana gempa besar terdapat gempa-gempa susulan yang lebih kecil.

Menurut Fahira, masyarakat perlu diedukasi supaya tidak perlu panik dan anak-anak bisa lebih siap jika merasakan kembali gempa susulan. Ia bersyukur, gempa ini tidak berpotensi tsunami sehingga kepanikan warga bisa berkurang, meski kerusakan beberapa infrastruktur fisik cukup memperihatinkan.

"Puing-puing bangunan yang runtuh ini juga menjadi efek trauma bagi yang melihatnya sehingga harus cepat dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Saya yakin, warga Pidie Jaya kuat menghadapi dan keluar dari cobaan ini,” ujar Fahira.

Fahira berharap, selain pemerintah, komunitas-komunitas relawan juga segera turun ke Pidie Jaya untuk membangun kembali mental para korban, terutama anak-anak. Anak-anak perlu diajak membangun kelompok bermain, membaca buku, aktivitas kesenian, serta kegiatan agama sehingga bisa melupakan bencana yang baru saja mereka saksikan.

Gempa bumi berkekuatan 6,5 mengguncang Pidie Jaya, Aceh mengakibatkan sejumlah bangunan roboh. Banyak warga tertimbun reruntuhan. Data sementara dari , tercatat ada 94 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka.

Saat ini, proses evakuasi masih terus berlangsung. Magnitude gempa yang cukup besar ini menimbulkan kepanikan warga yang berusaha menyelamatkan diri ke tempat-tempat aman, terutama perbukitan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement