Kedua orang tua serta abang Ardhi sempat tertimbun di reruntuhan selama beberapa jam. Dengan dibantu para tetangga, ketiganya akhirnya ditemukan ketika siang menjelang. Saat ditemukan, sang ibu dan abang sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Kesedihan memenuhi dadanya dan mendesak bulir-bulir air mata untuk keluar.
Namun, sedikit harapan masih terselip dalam diri Ardhi. Bapaknya masih memiliki tanda kehidupan. "Bapak sempat dikira selamat karena tangannya gerak pas ditemukan. Tapi pas dibawa ke rumah sakit Sigli, di tengah jalan udah nggak ada," ujar dia.
Kehilangan tiga anggota keluarga tentu membuat Ardhi syok. Apalagi, sebelum kejadian, dia tidak mendapat tanda-tanda atau firasat sama sekali. "Itulah namanya ajal nggak ada yang tahu kan. Sekarang orang tua sama abang udah dikuburkan di kampung, Rabu sore. Dikuburin satu liang," kata Ardhi.
Ardhi pun sadar, dia harus segera bangkit. Masih ada dua adik laki-lakinya yang sedang merantau menuntut ilmu. Keduanya saat ini sedang kuliah di Banda Aceh dan Lhokseumawe.
Perlahan, Ardhi mulai menata hidupnya kembali. Rumahnya yang sudah tidak bisa ditempati lagi, dia tinggalkan. Dia pun mengangkut seluruh barang-barangnya yang masih bisa diselamatkan ke rumah neneknya di desa Meue dan tinggal di sana.
"Adik-adik tetap harus jalan terus kuliah, Insya Allah. Sekarang saya yang biayain adek-adek. Hidup juga harus jalan terus," ujarnya.