REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina mulai mengubah haluan kesepakatan pertahanannya dari AS. Presiden Rodrigo Duterte menyatakan ketertarikannya untuk membeli senjata-senjata dari Cina, Senin (12/12).
Duterte mengaku Cina memburunya untuk menyepakati pembelian senjata. Ia mengaku tidak masalah dan akan menerima proposal Cina. Duterte akan mengirim menteri pertahanan ke Cina untuk meresmikannya.
"Cina menekan saya, senjata-senjata sudah siap diterima, mereka (Cina) benar-benar ingin memberikannya pada kami," kata Duterte dikutip Inquirer pada Ahad (11/12) malam. Ia mengaku lega karena tidak perlu meminta bantuan negara lain.
Menurutnya, senjata-senjata itu bisa dibayar dalam jangka waktu 25 tahun. Duterte menganggapnya sebagai sebuah hadiah. Tak hanya senjata Cina, Filipina juga kabarnya tertarik membeli senapan sniper dari Rusia.
Menteri pertahanan Delfin Lorenzana pernah mengemukakan kemungkinan untuk itu. Pemerintah, menurutnya, akan melakukan peninjauan jika kesepakatan dengan Rusia memungkinkan.
Lorenzana telah berkunjung ke Rusia pekan lalu. Ia juga sudah bertemu dengan pejabat pertahanan. Ini menjadi kunjungan kepala pertahanan Filipina ke Moskow sejak 1976.
Duterte telah sejak awal memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan dengan Cina dan Rusia. Ia menerapkan hal itu dalam kebijakan luar negerinya.
Menurut AP, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev juga menunjukkan sinyal kesepakatan pertahanan dengan Filipina. Apalagi pada November, Duterte membatalkan pembelian 26 ribu senjata dari AS.