REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bank BRI menargetkan pertumbuhan kredit naik antara 12 hingga 14 persen tahun depan. Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan pertumbuhan ini salah satunya didorong oleh sektor mikro.
Ke depan, Haru mengatakan pertumbuhan kredit akan tetap naik mengingat capaian kredit pada 2016 ini yang mencapai 16,3 persen. Meski begitu, Haru tak menampik jika pertumbuhan ekonomi diprediksi melesu.
"Pertumbuhan kredit BRI 2017 sekitar 12-14 persen, didorong segmen mikro," ujar Haru melalui pesan singkatnya kepada Republika.co.id, Senin (12/12).
Haru mengatakan untuk mencapai target ini BRI akan menggenjot sektor perdagangan dan agribisnis. Dua sektor ini dinilai masih memiliki daya tarik yang tinggi dan perlu ditingkatkan.
Sampai kuartal III-2016, kredit bank BRI naik cukup tinggi yaitu 16,3 persen yoy menjadi Rp 603,47 triliun. Kenaikan penyaluran kredit ini dikontribusikan dari pertumbuhan kredit mikro sebesar 20,3 persen yoy menjadi Rp 204,8 triliun.
Sementara itu, Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro pada Kamis (8/12) mengatakan pertumbuhan ekonomi 2017 mendatang diprediksi melambat. Sebab meningkatnya risiko perbankan yang tercermin dari kenaikan rasio kredit macet atau NPL yang mencapai 3,1 persen pada September 2016, dan kemudian akan berdampak negatif terhadap kinerja investasi.
Rendahnya pertumbuhan kredit perbankan dinilai memberi sentimen terhadap risiko domestik yang bersumber dari aktivitas sektor swasta yang cenderung terbatas. "Pertumbuhan kredit yang melambat, sekarang di bawah 10 persen, ini adalah yang paling lambat sejak 2009 saat awal commodity booming. Berarti sekarang adalah akhir commodity booming," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro.