REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketimpangan pendirian pondok pesantren di luar Jawa, dijawab Pondok Pesantren Tebuireng, Jatim. Bhakan, sejauh ini, Tebuireng sudah mendirikan pesantren-pesantren lokal di Indragiri Hulu (Riau), Indragiri Hilir (Riau), Sibolangit (Sumatra Utara), Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), dan Ambon (Maluku).
“Kami mendorong para alumni Tebuireng untuk mendirikan pesantren-pesantren dengan nama dan kurikulum Tebuireng, juga dengan bantuan dana sedikit. Para ustad dan ustazahnya juga kami bantu,” kata KH Salahuddin Wahid dalam uraiannya di Halaqah Ulama se-ASEAN, di Hotel Salak, Bogor, Rabu (14/12).
Menurut Gus Solah, sapaan KH Salahuddin Wahid, pemerataan pesantren nantinya akan menjadi faktor kunci agar Indonesia menjadi //leading// dalam kemajuan pendidikan tradisional Islami di ASEAN. Namun, Ia menegaskan, Indonesia siap memainkan peran tersebut lantaran dari segi jumlah, negara ini memang memiliki lebih banyak pesantren.
“Kalau di ASEAN, pasti (Indonesia siap). Kita lebih baik daripada yang lain. Karena jumlahnya juga lebih besar,” tegasnya.
Hadir dalam acara Halaqah ini, para pembicara dari negara-negara kawasan, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand, Singapura, dan Filipina. Jumlah peserta mencapai 120 orang, yang terdiri atas perwakilan dari sejumlah pesantren se-Indonesia dan ASEAN.