REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kasus Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Sleman masih memprihatinkan. Pasalnya hingga akhir tahun ini, penyakit tersebut telah menyerang ratusan jiwa.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Mafilindati Nuraini menyampaikan, kasus DBD banyak terjadi di daerah dengan populasi dan mobilitas penduduk yang tinggi. “Kecamatan Depok sebagai kecamatan dengan penduduk terpadat di Sleman menjadi peringkat pertama dengan kasus DBD terbanyak, yaitu 123 kejadian,” ujar perempuan yang akrab disapa Linda itu saat menerima audiensi dari Tim Eleminate Dengue Project (EDP) di Ruang Kerja Wakil Bupati Sleman, Kamis (15/12).
Kemudian, disusul Kecamatan Godean dengan 109 kasus, Gamping 97 kasus, Kalasan 96, dan Mlati 70 kasus. Di sisi lain, menurut Linda, timnya telah melakukan berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan DBD. Di antaranya dengan mengadakan kerja sama penelitian dengan EDP dan UGM terkait pencegahan penyebaran virus DBD melalui pengembangbiakan wolbachia.
Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun menyampaikan, kerja sama penelitian tersebut berjalan sejak 2014. Dari evaluasi penelitian, diketahui bahwa wolbachia mampu menurunkan atau menghambat penularan virus dengue. “Saya berharap penelitian ini dapat terus dilanjutkan dan diaplikasikan di seluruh wilayah Sleman sebagai upaya mengantisipasi dan menurunkan penularan virus DBD yang dibawa nyamuk Aedes Aegepty,” tutur Muslimatun.
Project Leader EDP, Adi Utarini menjelaskan, wolbachia merupakan bakteri alami yang terdapat pada lebih dari 60 persen jenis serangga. Seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang, dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia.
“Bakteri ini aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Bakteri ini mampu menekan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga diharapkan dapat menurunkan kemampuan nyamuk untuk menularkan DBD dari satu orang ke orang lain,” papar Utarini.
Ia menyampaikan, timnya telah melepas nyamuk dengan wolbachia di Desa Trihanggo Kecamatan Gamping dan Desa Nogotirto Kecamatan Sleman. Hasinya, sejak 2015 sampai saat ini, di kedua desa tersebut tidak lagi ditemukan kasus DBD sebagaimana di wilayah lain.