Selasa 20 Dec 2016 18:44 WIB

Ini Kesaksian Interogator Saddam Hussein yang Mengupas Kesalahan AS

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Irak Saddam Hussein
Presiden Irak Saddam Hussein

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan analis senior CIA, John Nixon (55 tahun) meluncurkan sebuah buku hasil wawancaranya dengan Saddam Hussein. Buku ini berjudul “Debriefing the President: The Interrogation of Saddam Hussein”.

Selama ini, sebagian besar laporan CIA soal mantan pemimpin Irak itu mungkin berisi cerita betapa bombroknya ia. Saddam digambarkan sebagai seorang pelanggar hak asasi manusia. Ia digantung atas tuduhan kejahatan melawan kemanusiaan tiga tahun setelah ditangkap.

Memoir CIA terkesan defensif dan membosankan. Namun buku Nixon berkebalikan 180 derajat. Nixon adalah personel CIA pertama yang menginterogasi Hussein setelah penangkapannya pada Desember 2003.

Ia menceritakan kembali saat-saat berbincang yang akhirnya membawa berjuta pertanyaan ke permukaan. Nixon mengatakan, mungkin ISIS tidak akan pernah menyicip kesuksesan mengambil alih Irak dan Suriah jika Hussein tetap berkuasa. "Amerika Serikat telah salah selama ini," kata dia.

Nixon menyebut Barat seharusnya bekerja sama dengan Hussein agar Timur Tengah stabil. Selama interogasi berlangsung, Hussein membalikkan semua asumsi Barat.

Dalam bukunya, mantan agen CIA itu ditanya apa yang akan terjadi pada ISIS jika Hussein tetap berkuasa. Nixon menjawab kemungkinan besar ISIS tidak akan merasakan sukses.

Menurut Nixon, Hussein sangat mengerti risiko potensial berkembangnya gerakan ekstremis. Sehingga ia dengan tekun menekannya. "Saddam merasa bahwa kelompok ekstrimis di Irak adalah ancaman terbesar untuk pemerintahannya," kata Nixon di buku terbitan Time dan Daily Mail tersebut.

Baca juga, Testimoni Ulama Irak Tentang Saddam Hussein.

Laporan Chilcot dari anggota parlemen Inggris juga mendukung asumsi Nixon. Dokumen menunjukkan pada 2006, kepala intelijen Inggris semakin khawatir pada perkembangan gerakan ekstrimisme dan radikalisme. Laporan menyebut kelompok-kelompok dengan paham serupa telah bergabung termasuk ISIS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement