REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Pasukan keamanan Kongo menembak mati 26 demonstran yang melakukan aksi protes di Ibu Kota Kinshasa Selasa (20/12). Banyak dari mereka yang berkumpul di sepanjang jalan protokol untuk menuntut pengunduran diri dari Presiden Joseph Kabila.
"Sebanyak 26 orang tewas oleh pasukan keamanan dalam aksi protes di Kongo," ujar peneliti dari Human Rights Watch, Ida Sawyer melalui jejaring sosial Twitter, Rabu (21/12).
Aksi protes pada awalnya digelar secara damai, dipimpin oleh kepala oposisi di negara itu, Etienne Tshisekedi. Mereka seluruhnya menuntut Kabila untuk mundur karena tetap ingin memegang kekuasaan, meski jangka waktu hal itu telah melampaui amanat konstitusi.
Bahkan, tidak diselenggarakan pemilihan umum (pemilu) untuk memilih pengganti Kabila. Protes mulai bermunculan, namun presiden dinilai tetap mempertahankan kepemimpinan di Kongo, sekalipun mandat yang ia miliki sudah selesai.
Larangan demonstrasi diberlakukan oleh Pemerintah Kongo. Banyak orang yang mulai berkumpul dibubarkan dengan tembakan gas air mata.
Puluhan orang juga ditangkap setelah adanya larangan demonstrasi, khususnya di wilayah timur Goma. Seorang saksi mengatakan banyak anak muda yang dibawa dengan menggunakan truk militer.
"Saya sangat prihatin dengan penangkapan orang-orang yang mengekpresikan pandangan politik mereka. Ini harus dihentikan," ujar kepala misi PBB di Kongo Maman Sidikou.