REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup jalur pendakian Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Penutupan jalur pendakian gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut itu, dikarenakan akibat cuaca buruk.
"Kegiatan pendakian Gunung Semeru akan ditutup secara total mulai 4 Januari 2017 sampai batas waktu yang belum ditentukan," kata Humas Balai Besar TNBTS Antong Hartadi dari Lumajang, Senin (2/1).
Menurutnya kondisi sepanjang jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa itu banyak mengalami kerusakan, kondisi cuaca yang semakin memburuk disertai hujan lebat dan adanya pohon tumbang menjadi salah satu faktor untuk menutup jalur pendakian Gunung Semeru.
"Informasinya ada badai di jalur pendakian Semeru karena saat ini musim hujan dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi, sehingga pihak TNBTS menutup pendakian Semeru setelah para pendaki merayakan tahun baru," ujarnya.
Musim hujan yang mengguyur gunung yang berketinggian 3.676 mdpl itu dikhawatirkan membahayakan para pendaki karena kemungkinan terjadi cuaca ekstrem, tanah longsor, dan rawan pohon tumbang di sepanjang jalur pendakian Gunung Semeru.
"Seluruh pendaki yang masih berada di sepanjang jalur pendakian Semeru usai merayakan Tahun Baru 2017 harus turun paling lambat 4 Januari 2017, sehingga jalur pendakian benar-benar steril dari para pendaki," jelasnya.
Selain adanya cuaca buruk, lanjut dia, penutupan pendakian Gunung Semeru juga untuk pemulihan atau revitalisasi ekosistem di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru karena hal tersebut sudah rutin dilakukan setiap tahunnya.
"Penutupan jalur pendakian gunung api juga mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang menyebutkan penutupan jalur pendakian dapat dilakukan karena kondisi membahayakan dan alasan kepentingan pemulihan ekosistem," ujarnya lagi.
Ia mengatakan selama penutupan secara total jalur pendakian Semeru, petugas akan membersihkan sampah-sampah di sepanjang jalur pendakian yang ditinggalkan para pendaki, sehingga ekosistem jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali secara alami.
Banyaknya jumlah pendaki selama liburan sekolah yang bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru 2017 menyisakan sampah yang cukup banyak di sepanjang jalur pendakian Semeru, sehingga harus dibersihkan, sebelum jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut ditutup.