Sabtu 07 Jan 2017 05:02 WIB

Soal Isu Budak Seks, Jepang Tarik Dubesnya dari Korsel

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Korea dan Jepang (ilustrasi)
Foto: REUTERS
Bendera Korea dan Jepang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang memutuskan untuk menarik sementara duta besar mereka di Korea Selatan. Penarikan diplomat negeri samurai itu menyusul eskalasi konflik antara kedua negara yang dipicu oleh mengemukanya isu soal ‘budak seks’ semasa Perang Dunia II, akhir-akhir ini.

Pada 28 Desember lalu, sejumlah aktivis memajang sebuah patung di luar kompleks Konsulat Jepang yang berada di Kota Busan, Korsel. Patung perunggu setinggi 1,5 meter yang menampilkan seorang wanita muda bertelanjang kaki duduk di kursi itu merepresentasikan sosok perempuan Korea yang dijadikan budak seks oleh militer Jepang semasa Perang Dunia II.

Namun, pemerintah di Tokyo mengatakan bahwa kehadiran patung di dekat Konsulat Jepang di Busan itu justru melanggar kesepakatan politik kedua negara yang telah ditandatangani pada 2015. Apalagi, Jepang telah meminta maaf dan berjanji akan memberikan bantuan dana senilai 1 miliar yen (setara dengan 8,6 juta dolar AS) untuk kaum perempuan Korea.

Dalam satu pernyataannya, Jumat (6/1) kemarin, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan bahwa kedua negara sudah semestinya menghormati dan melaksanakan kesepakatan yang telah dibuat.

“Kami telah berulang kali meminta Korea Selatan untuk menangani penyelesaian masalah ini dengan tepat. Tapi sejauh ini situasinya ternyata belum membaik, sehingga kami pun akhrinya mengambil tindakan ini (menarik sementara dubes Jepang dari Korsel),” kata Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, seperti dilansir laman BBC, Jumat (6/1),

Sejumlah kalangan di negeri gingseng sendiri telah lama menyerukan reparasi bagi ‘para wanita penghibur’ Korea yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil militer Jepang selama Perang Dunia II. Menurut perkiraan, ada sekira 200 ribu perempuan Korea yang dipaksa menjadi budak seks oleh Jepang pada masa itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement