Sabtu 07 Jan 2017 18:30 WIB

Kubah Indah Khas Masjid Ustmaniyah

Rep: Syahruddin el-Fikri/Nidia Zuraya/ Red: Agung Sasongko
 Seorang warga mengabadikan masjid Sultan Ahmed atau yang lebih dikenal dengan masjid Biru di Istanbul, Turki, Rabu (17/6).  (AP/Emrah Gurel)
Seorang warga mengabadikan masjid Sultan Ahmed atau yang lebih dikenal dengan masjid Biru di Istanbul, Turki, Rabu (17/6). (AP/Emrah Gurel)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istanbul sebagai pusat pemerintahan kerajaan memiliki ratusan masjid yang bentuk arsitekturnya hampir seragam. Ciri khas masjid di Turki terletak pada kubahnya yang indah yang dikelilingi menara tinggi. Selain tipe masjid kubah, umat Islam pada zaman Usmani menampilkan tipe masjid lapangan dan masjid madrasah.

Hal yang baru dalam rangka perkembangan arsitektur Islam gaya Usmaniyah ini ialah muculnya perencanaan bangunan oleh seorang arsitek yang pernah belajar di Yunani, yaitu Sinan. Sinan telah menghasilkan karya-karya yang dituangkannya dalam berbagai bentuk bangunan. Dia adalah arsitek resmi Kerajaan Turki Usmani, dan posisinya sejajar dengan menteri. Ia dipercaya merancang sekitar 300 gedung penting selama hidupnya.

Karya terbesar Sinan adalah Masjid Sultan Sulaiman di Istanbul yang dibangun selama tujuh tahun (1550-1557). Masjid yang kini menjadi salah satu objek wisata dunia ini menampilkan pertautan simbolis antara kemegahan masjid sebagai lambang sultan yang besar kekuasaannya dan keagungan masjid sebagai sarana keagamaan, misalnya, dengan memunculkan menara yang langsing dan tinggi seolah-olah muncul dari lengkung-lengkung kubah dan melesat lepas ke ketinggian.

Bangunan Masjid Sultan Sulaiman ini juga memiliki interior yang megah, ratusan jendela yang menawan, marmer mewah, serta dekorasi indah. Pada masjid agung tersebut terdapat pula kolam hias yang sangat indah. Selain itu, muncul pula bangunan-bangunan masjid yang berfungsi ganda, misalnya, masjid yang dilengkapi dengan dapur umum yang diperuntukkan khusus untuk memberi makan fakir miskin.

Selain Masjid Sulaiman yang dibangun oleh Sinan, Istanbul memiliki satu masjid lagi yang arsitektur bangunannya dikagumi banyak orang, yakni Masjid Biru. Masjid yang interiornya didominasi warna biru ini dibangun oleh Mehmet Aga, murid Sinan, atas perintah Sultan Ahmad I (1603-1617). Pembangunannya juga berlangsung selama tujuh tahun (1609-1616). Arsitektur masjid ini dibuat berdasarkan penggabungan dua prototipe rumah ibadah, yakni Katedral Aya Sofia dan Masjid Sulaiman.

Bangunan masjid pada masa Usmaniyah tidak hanya merupakan bangunan baru, tetapi ada juga di antaranya yang merupakan alih fungsi dari bangunan yang sudah ada sebelum Dinasti Usmaniyah berkuasa. Salah satu contohnya adalah Aya Sofia. Bangunan yang semula merupakan sebuah katedral di Konstantinopel yang didirikan oleh Kaisar Yustinianus I (penguasa Bizantium) pada 530. Ketika pasukan Usmani menaklukkan kerajaan ini pada 1453, Aya Sofia diubah menjadi masjid.

Namun, pada 1930, Mustafa Kemal Ataturk (penguasan Turki saat itu) melarang penggunaan masjid-katedral ini untuk tempat shalat, dan sejak saat itu fungsinya diubah menjadi museum. Arsitektur Aya Sofia sangat kuat mengilhami arsitek Sinan dalam membangun masjid. Kubah besar yang terdapat pada bangunan Aya Sofia diadopsi oleh Sinan, untuk kemudian diterapkan dalam pembangunan masjid. Langkah Sinan ini kemudian diikuti oleh arsitek Muslim lain sesudahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement