REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Anggota Polres Sukabumi dan Polsek Cisaat menangkap lima pelaku pembunuh guru mengaji, Mumuh (60 tahun) warga Kampung Cilangkop, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dari hasil pengembangan, ternyata dua pelaku pembunuhan guru mengaji ini masih satu daerah yakni Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas.
Sebelumnya, korban pertama kali ditemukan keluarganya sudah meninggal dengan tubuh penuh luka di di kebun milik Gunawan di Kampung Leuweung Talaga, Desa Cibenda, Kecamatan Ciemas. Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Yusri Yunus mengatakan, kelima tersangka tersebut ditangkap diwaktu berbeda pada Rabu, (11/1) dan Kamis (12/1).
Kelima pelaku berinisial Rus (32) dan Sar (46) warga Kampung Cilangkop RT 02/04, Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas. Kemudian Jab (25) warga Kampung Bojongsawah RT 04/07, Desa Mekarsari, Kecamatan Ciracap dan Yad (36) warga Kampung Pasirbaru RT 05/09, Desa Mekarsari, Kecamatan Ciracap.
Pembunuhan yang dilakukan oleh lima pemuda ini, bermula dari isu dukun santet, karena dari hasil pengembangan ditemukan surat pernyataan persetujuan warga untuk membasmi orang berilmu hitam. Selain itu, dari tempat kejadian perkara (TKP) polisi juga menyita pakaian korban, dua batang kayu, dua pasang sandal jepit, peci haji, dan pakaian para pelaku.
Hingga saat ini, polisi masih memburu pelaku lainnya yang diduga masih berkeliaran. Untuk sementara tersangka ditahan di Mapolres Sukabumi dan dimintai keterangan.
Kanit Reskrim Polsek Ciemas, Aiptu Suyatno, mengatakan, dari hasil visum, korban meninggal dunia akibat hantaman benda tumpul dan sabetan senjata tajam hampir di sekujur tubuhnya. "Kami masih mengembangkan sekaligus memburu siapa dalang di balik aksi pembantaian terhadap seorang lansia yang berprofesi sebagai guru ngaji dan petani ini," ujarnya.
Sementara, anak korban, Darus, mengatakan, sebelum kejadian, bapaknya kerap mendapatkan ancaman mau dibunuh, karena dituduh sebagai dukun santet. Bahkan fitnah tersebut terus diembuskan dan akhirnya orang tuanya tersebut ditemukan sudah meninggal di salah satu gubuk pada Selasa (10/1).
"Bapak saya petani dan guru ngaji. Bahkan sering mengajar ngaji ke madrasah. Saya tidak tahu siapa yang membuat fitnah tersebut dan berharap pelaku segera ditangkap," katanya.