Kamis 19 Jan 2017 20:19 WIB

Pemred Republika: Konflik Bisa Menimbulkan Kemiskinan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Dirjen Penanganan Fakir Miskin Kemensos Andi ZA Dulung (tengah), Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi Imam Rulyawan (kanan), dan Direktur Eksekutif Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono saat peluncuran buku Peta Kemiskinan Indonesia, Ja
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Dirjen Penanganan Fakir Miskin Kemensos Andi ZA Dulung (tengah), Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi Imam Rulyawan (kanan), dan Direktur Eksekutif Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono saat peluncuran buku Peta Kemiskinan Indonesia, Ja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi, menilai, ada keterkaitan erat berlangsungnya konflik dengan kemiskinan. Karena itu, dia merasa, penanganan kemiskinan bisa dilakukan lewat banyak cara, salah satunya dengan menyelesaikan konflik yang ada.

"Sebab, suatu konflik kalau tidak diselesaikan akan menimbulkan kemiskinan," kata Irfan saat memberi paparan di peluncuran Peta Kemiskinan 2017 Dompet Dhuafa, Kamis (19/1).

Irfan mengingatkan, sudah banyak bukti konflik-konflik yang terjadi di Indonesia, dan tidak lain selalu menghasilkan satu masalah yaitu kemiskinan. Untuk itu, dia meminta, pemangku kebijakan dapat mensinergikan program-program penanganan kemiskinan yang ada, dengan langkah penyelesaian konflik.

Irfa juga mengungkapkan, Presiden Joko Widodo sempat memberi data yang cukup mencenangkan, tentang pertumbuhan yang selama ini yang ternyata belum sejalan dengan penurunan angka kemiskinan. Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo, saat mengumpulkan media-media nasional beberapa waktu lalu.

"Ternyata, 0,04 persen penduduk menguasai 47 persen uang di bank, 0,2 persen menguasai 17 persen uang di bank, sehingga ada 60 persen uang di bank yang dikuasai oleh 0,24 penduduk saja," ujar Irfan.

Ironisnya, kondisi itu seakan ditambahkan dengan kebutuhan paket data untuk penggunaan internet yang melonjak tajam di Indonesia, dan mencapai angka 400 persen. Iran mengingatkan, bukan tidak mungkin orang yang dulu biaya pulsanya Rp 100 ribu per bulan, naik menjadi Rp 400 ribu per bulan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement