Rabu 25 Jan 2017 16:28 WIB

Fadli Zon Prihatin Aksi Saling Lapor

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Angga Indrawan
Wakil Ketua DPR Fadli Zon (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab ketika melakukan audiensi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (11/1).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Wakil Ketua DPR Fadli Zon (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab ketika melakukan audiensi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (11/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon menilai perbuatan saling lapor masyarakat ke penegak hukum tengah menjadi fenomena baru masyarakat Indonesia. Ia pun menyayangkan upaya saling lapor tersebut terus menerus terjadi saat ini.

Yang terbaru yakni berkaitan pelaporan terhadap Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri atas pidatonya di HUT ke-44 PDIP. Menurut Fadli, semestinya, semua pihak bisa lebih bijak terkait persoalan tersebut.

Baca: Kisah Nurul Fahmi, Ditangkap Jelang Shalat Malam dan tak Diizinkan ke Toilet oleh Polisi

"Mestinya kita lebih selektif dan juga pihak kepolisian, karena memang itu tidak bisa dicegah, sekarang semua yang menjadi konsumsi publik bisa diakses juga oleh masyarakat secara luas," kata Fadli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (251/1).

Karena kemudahan akses itu pula, pihak yang tidak berkenan atau tidak sepandangan dengan informasi tersebut kemudian meneruskan laporan ke penegak hukum karena alasan merasa terganggu. Menurutnya, hal ini pun perlu menjadi perhatian pihak penegak hukum yakni kepolisian. Ia menilai, sudah semestinya polisi dapat memilah-milah mana kasus yang layak untuk ditindaklanjuti atau tidak.

Namun demikian, ia meminta kepolisian juga harus bersikap profesional dan adil dalam pemilahan kasus tersebut. "Karna kalau nanti ada satu atau dua yang dituntut, sementara yang ini tidak, orang akan melihat polisi tidak bersikap adil atau profesional. jadi saya kira, kita harus menghargai semua proses yang ada di masyarakat dan proses hukum kita. tapi kita juga harus lebih selektif," katanya.

Selain itu, Politikus Partai Gerindra itu juga menilai sejumlah kasus yang dilaporkan ke penegak hukum, tidak sedikit juga terkesan diada-adakan. Padahal, jika bisa dilihat lebih bijak maka persoalan tidak harus sampai dibawa ke hukum.

"Seperti di dalam beberapa kasus yang ditujukan kepada saudara habib Rizieq itu kan juga sebetulnya agak mengada-ada. Misalnya soal berpendapat soal uang, rectoverso, menurut saya biasa saja," kata dia.

Baca: Ahok Ingin Kurangi Perselingkuhan di Jakarta

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement