REPUBLIKA.CO.ID, PUNTA CANA -- Realisasi pembangunan dinding di perbatasan AS-Meksiko menuai kecaman dari sejumlah pemimpin negara Amerika Latin. Ini diungkap dalam pertemuan tahunan 33 menteri luar negeri negara Amerika Latin dan Karibia, Rabu (25/2).
Dilansir dari Aljazirah, Konferensi Community of Latin American and Caribbean States (CELAC) yang digelar di Republik Dominika menyoroti perintah yang baru ditandatangani Trump. "Kita harus melindungi diri kita dari kebijakan agresif menghinakan migran," kata Presiden Ekuador, Rafael Correa.
Presiden tuan rumah, Danilo Medina mengatakan perfeksionis dan penutupan perbatasan akan membawa konsekuensi mematikan. Sehingga ia menyeru agar kondisi kembali seperti sedia kala. "Kita harus bersama membela aliansi," kata dia.
Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto seharusnya ikut dalam konferensi CELAC. Namun saat akan berangkat Selasa malam ke Punta Cana, ia tiba-tiba membatalkan perjalanan. Ia beralasan 'ada agenda internal'.
Jika perbatasan Meksiko-AS dibangun, maka tidak hanya satu negara yang akan terimbas. Puluhan ribu warga Amerika Tengah dan Karibia yang sudah berdekade menggunakannya untuk masuk AS tanpa visa.
Konferensi CELAC berakhir pada Rabu malam dengan mengecam keras kebijakan Gedung Putih terhadap Amerika Latin. Tak hanya dinding, tapi juga soal NAFTA yang akan dinegosiasi ulang. CAFTA juga kemungkinan jadi sasaran.
"Komitmen kami adalah membela hak untuk bermigrasi, bentuk paling penting dari pergerakan," kata Correa. Menurutnya, ini bukan soal aliran distribusi barang, melainkan manusia. "Ini adalah hak dasar manusia, untuk bergerak," katanya.