REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Berbagai negara memiliki cara tersendiri untuk merayakan hari raya Imlek atau Tahun Baru Cina. Namun tetap ciri khas perayaan Imlek selalu melekat dalam berbagai acara perayaan tersebut.
Petasan dan kembang api menerangi langit malam. Dan orang dihibur dengan pertunjukan barongsai berwarna-warni serta pameran lentera sebagai perayaan Tahun Baru Cina diantar di seluruh dunia pada hari Sabtu (28/1).
Di Beijing, Cina lonceng dibunyikan sebanyak 108 kali pada tengah malam dan kembang api juga dinyalakan sampai pagi untuk menambah kemeriahan penyambutan tahun ayam itu. Namun tampaknya untuk tahun ini kembang apinya sedikit berkurang.
"Jika hanya sedikit kembang api dan petasan, maka udara mungkin sedikit segar. Itu lebih baik bagi semua orang," kata Yang Meng, warga setempat, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (28/1).
Orang-orang di Hong Kong menunggu kedatangan Tahun Baru Imlek pada hari Jumat, dengan aroma dupa yang semerbak mengisi udara di salah satu kuil kota yang paling terkenal. Banyak juga yang terlihat berkerumun di pasar di Victoria Park saat mereka bergegas untuk mendapatkan bunga.
Sementara itu, ribuan orang berbaris di jalan-jalan Kota Cina di Ibu Kota Peru, Lima, untuk merayakan kedatangan Tahun Baru Cina, dilaporkan AP.
Perayaan tahun baru Cina itu disambut dengan tarian singa tradisional dan barongsai hingga kerumunan menutupi sepanjang jalan. Diketahui sepuluh persen dari populasi di Peru adalah etnis Cina.
Anggota komunitas Cina di Kamboja juga melakukan tarian singa tradisional pada malam tahun baru Cina pada Jumat (27/1) malam di depan Istana Kerajaan di Phnom Penh, Kamboja.
Etnis Cina di Indonesia juga merayakan tahun baru Cina dengan hal serupa. Kembang api dan petasan mewarnai malam tahun baru Cina di berbagai daerah. Termasuk wangi dupa yang semerbak di sekitar kuil-kuil sebagai upacara pembacaan doa-doa.
Sementara itu, di Sydney perayaan Tahun Baru Cina dengan Sydney Opera House terkenal diterangi dengan warna merah. Warga dan pengunjung berkumpul di sekitar kota Circular Quay untuk menonton tarian tradisional Cina, serta kembang api di atas Sydney Opera House.
Tapi kemeriahan itu tidak dialami oleh Yong Hong Cheng, pria berusia 71 tahun yang tinggal sebatang kara di Kampung Sungai Lembu, Bukit Mertajam, Malaysia. Ia hanya bisa merayakannya dengan semangkuk nasi putih.
Pria yang mengaku tidak pernah menikah itu terasing sejak orang tuanya meninggal, dan kini ia juga terpisah dengan kerabatnya.