Ahad 29 Jan 2017 20:29 WIB

Kunjungan Trump ke Inggris Sebaiknya Dibatalkan Sebelum Larangan Muslim Dicabut

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn
Foto: The Guardian
Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pimpinan Partai Buruh Jeremy Corbyn menilai, Inggris harus mempertegas kemarahan atas larangan Muslim dari Presiden AS. Ia melihat, sangat salah jika Inggris menerima Donald Trump sedangkan situasi yang terjadi masih terus bergejolak.

"Saya tidak senang dengan kedatangannya ke sini sampai larangan dicabut, jujur saja," kata Corbyn saat ITV seperti dilansir Mirror, Ahad (29/1).

Dia berpendapat, Buckingham Palace tidak boleh terburu-buru untuk mengatur kunjungan Donald Trump, lantaran perlu mencari tahu apa niatannya dalam jangka panjang. Selain itu, perlu dipahami seberapa tinggi sistem parlementer AS dapat benar-benar melindungi dasar dari hak-hak fundamental dan hukum.

"Apakah tepat mendukung seseorang yang menggunakan bahasa misoginis mengerikan ini selama kampanye, serangan mengerikan terhadap umat Islam dan tentu ide tidak jelas untuk membangun dinding," ujar Corbyn.

Dari Partai Konservatif, Nadhim Zahawi yang lahir di Irak merasa ia akan terjebak di dalam larangan AS, termasuk tidak bisa mengunjungi salah satu putranya yang tengah belajar di Priceton University dan saat ini dirawat di rumah sakit. Tapi, Suella Fernandez menilai, pembatalan kunjungan akan memalukan bagi Inggris.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Theresa May telah mengumumkan bahwa Presiden AS memang telah diundang dalam kunjungan kenegaraan ke Ingris, dan sudah direncanakan untuk bertemu Ratu Elizabeth. Hal itu diungkapkan May selama melakukan kunjungan ke AS pada Jumat (27/1).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement