REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melihat bentuknya, tembakau gorila sama halnya dengan tembakau pada umumnya. Hanya saja, setelah melalui uji laboratorium diketahui bahwa tembaku tersebut bercampur dengan zat kimia synthetic cannabinoids atau AB-CHMINACA.
Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Eko Daniyato mengatakan, saat tembakau ini dilinting bersama rokok, penghisapnya seolah tertiban oleh gorila. Mereka merasa barat, namun mampu untuk menimbulkan efek halusinasi.
"Bagi penggunanya sama seperti menghisap tembakau ganja, bahkan tembakau gorila bisa menimbulkan efek samping seperti psikotis, agresi, lemas, bahkan sindrom ketergantungan," kata Eko saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Senin (6/1).
Bukan hanya itu, berdasarkan hasil temuan laboratorium BNN, ada efek samping yang lebih buruk lagi bagi kesehatan tubuh. Misalnya stroke, hipertensi, taki kardi, nyeri dada, gejala ginjal akut, dan bahkan Infark Miokardium.
Ciri-ciri pengguna tembakau gorila, kata mantan Direktur Narkoba Polda Metro Jaya, ini hampir sama seperti pengguna ganja. Malas bekerja, gatal-gatal di sekujur tubuh seperti cacar dan dapat meninggalkan bekas luka koreng akibat garukan tangan.
Menurut Jenderal bintang satu ini, peredaran atau jual beli tembakau gorila masih melalui dunia maya atau pemesanan online. Media sosial yang digunakan beragam, dari Instagram maupun Twitter, sedangkan pengirimannya bisa melalui jasa kurir maupun bertemu langsung.
Tembakau gorila ini, kata dia, dijual dengan harga Rp 400 ribu hingga Rp 450 ribu per 10 gram dalam bentuk kemasan eceran. Sedangkan, bila dalam bungkusan ratusan gram, maka harganya bisa jutaan hingga puluhan juta.
Sedangkan, bagi penggunanya, beragam dari pelbagai kalangan, remaja, mahasiswa, pekerja, hingga pengangguran. "Kalau penggunanya beragam, mulai dari kalangan anak-anak SMA, mahasiswa, pengangguran bahkan sampai dengan pilot (pekerja)," kata Eko.
Untuk jaringan, Eko mengaku masih belum monitor apakah ada juga jaringan internasional yang memasok tembakau gorila tersebut. Termasuk, informasi jaringan tembakau gorila dari Cina, pihaknya belum memonitor yang pasti jika jaringan sabu dan ekstasi memang dari Cina. "Saya belum monitor sampai cina, saya tahu bahwa Cina adalah jaringan narkotika jenis sabu dan ekstasi," jelasnya.
Menurut Eko, baru-baru ini, Polda Metro Jaya juga membongkar jaringan distrubusi penjualan tembakau gorila di Surabaya. Polisi berhasil menyita 430 kilogram tembakau asli, delapan jerigen alkohol, lima jerigen berisi cairan glycerol, dan bahan-bahan lainnya. Penangkapan pada WT ini merupakan pengembangan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya atas penangkapan MY, FR, RY, dan RF.