Rabu 08 Feb 2017 14:45 WIB

Permintaan Global Rendah, Pemerintah Yakin Ekspor Tetap Bisa Tumbuh 0,2 Persen

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, kinerja ekspor dan impor Indonesia sampai saat ini masih belum menunjukkan pertumbuhan baik. Pasalnya permintaan global masih rendah.

Meski begitu ia berharap pada 2017 kinerja ekspor nasional dapat tumbuh lebih baik. Dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 0,2 persen.

Begitu pula dengan impor, yang sebagian besar barang mentah. Diharapkan kinerja pada 2017 lebih baik kendati global masih memberikan ketidakpastian.

Ia menambahkan, potensi investasi di tahun ini masih cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari proyeksi pertumbuhan kredit yang bisa lebih tinggi dari tahun lalu sebesar 7,87 persen. "Saya rasa kalau dari investasi dari lembaga keuangan dan capital market dan non bank seperti yang disampaikan OJK mereka lebih optimistis di 2017. Sehingga kita berharap mereka bisa berkontribusi lebih banyak," jelasnya.

Lihat juga: BI Prediksi Harga Komoditas Ekspor Bisa Jaga Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sri, pertumbuhan ekonomi harus merata. Hal itu penting untuk mempertahankan kesatuan sosial dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi jangka menengah dan panjang.

"Tidak bisa pertumbuhan ekonomi eksklusif dan hanya bermanfaat bagi segelintir orang saja, terutama 40 persen masyarakat terbawah. Ini bukan soal kedermawanan tapi agar pertumbuhan ekonomi bisa dilanjutkan dan dinikmati semua penduduk," tutur Sri.

Ia menyebutkan, Sumatra, Kalimantan dan Papua yang notabene sebagai wilayah kaya akan sumber daya alam masih lebih rendah pertumbuhan ekonominya dibanding pulau Jawa. Maka guna menjaga perekonomian yang merata, pemerintah akan menjaga pertumbuhan ekonomi di beberapa sektor, seperti sektor pertambangan yang masih terkena dampak perekonomian global.

Sektor lainnya yang harus dijaga pemerintah, adalah manufaktur dan jasa. Pemerintah dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang merata, salah satunya dengan menerbitkan 14 paket kebijakan ekonomi. Selain pemerataan, melalui kebijakan ini diharapkan juga bisa mengundang banyak investasi masuk ke Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement