Rabu 08 Feb 2017 22:06 WIB

Kasus DBD di Jatim Disebut Menurun

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Jawa Timur cenderung turun dari tahun ke tahun. Namun, masyarakat diimbau tetap hati-hati karena keterlambatan penanganan penyakit ini bisa mengakibatkan kematian.

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jatim menyebutkan, pada Januari 2013 jumlah penderita DBD di Jatim sebanyak 17.230 orang, kemudian Januari 2014 sebanyak 9.445 orang. Selanjutnya, pada Januari 2015 terjadi kenaikan cukup tinggi pada jumlah penderita DBD di Jatim sebanyak 21.266 orang, sehingga ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Pada Januari 2016, jumlah penderita kembali turun menjadi 3.590 orang. Sementara, pada Januari 2017, kasus DBD di Jatim sebanyak  410 penderita. Dari jumlah tersebut jumlah penderita meninggal sebanyak lima orang.

“Bila dibandingkan data bulan Januari selama lima tahun terakhir, tren kasusnya terlihat cenderung turun. Selain itu, pada Januari 2017, tidak ada laporan terjadinya KLB,” kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Jatim, Benny Sampir Wanto di Surabaya, Rabu (8/2).

Benny menambahkan, data Januari 2017 ini baru berasal dari 19  kabupaten/kota. Sementara  kabupaten/kota lain belum melaporkan karena sampai saat ini masih dilakukan verifikasi data.

Dari kabupaten/kota yang sudah melaporkan tersebut, tiga daerah dengan jumlah penderita DBD terbanyak yakni, Kabupaten Bondowoso sebanyak 69 kasus, Kabupaten Probolinggo sebanyak 66 kasus, serta Kota Probolinggo sebanyak 36 kasus. “Sedangkan lima penderita yang meninggal itu berasal dari Batu, Bondowoso, Jember, dan Malang,” jelasnya.      

Sepanjang 2016, total jumlah penderita DBD di Jatim tercatat sebanyak 24.098 orang, dengan rata-rata 61,9 pengidap per 100 ribu penduduk. Jatim menempati peringkat ke-16 di Indonesia. Jumlah kematian akibat DBD pada 2016 sebanyak 339 orang, atau persentsenya 1,4 persen dari total penderita.

Daerah dengan kasus DBD tertinggi sepanjang 2016 yakni Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Malang. Sedangkan daerah dengan jumlah kematian tertinggi karena DBD yakni, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Tulungagung.

Benny menambahkan, Dinas Kesehatan Jatim terus berupaya melakukan sosialisasi pencegahan DBD. Pencegahan dilakukan dengan mengoptimalisasi gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang dideklarasikan oleh Gubernur Jatim pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) tingkat Provinsi pada 2015.

Selanjutnya, melakukan pendampingan kepada kabupaten/kota yang mengalami peningkatan kasus DBD, meliputi mentoring klinik dan penyelenggaraan Bimtek Penyelidikan Epidemiologi. Selain itu, Dinas Kesehatan mendistribusikan dan menyiapkan stok logistik berupa insektisida dan larvasida, serta peralatan berupa alat fogging serta Alat Pelindung Diri (APD) bagi fogger. “Dinkes juga melakukan monitoring ketat terhadap jumlah kasus DBD,” ujarnya.

Benny menyebutkan, program lain yang cukup berhasil mengurangi DBD yakni kerjasama dengan PKK melalui gerakan 3M Plus, yakni menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas.

Sementara Plus tersebut berupa langkah pencegahan, seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk dan menggunakan kelambu saat tidur. Gerakan ini sendiri disosialisasikan sampai dengan dasa wisma PKK.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement