REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Suwarno menyatakan pelatnas jangka panjang mutlak dibutuhkan. Pelatnas ini harus didukung anggaran yang memadai serta peralatan yang tepat waktu.
"Itu semua jangan sampai putus dan harus berkesinambungan, Lalu perlu di ingat cabor sekarang belum semua masuk Pelatnas, itu seharusnya ditambahkan,” kata Suwarno saat dihubungi ROL, Rabu (16/6).
Kontingen Indonesia gagal berada di tiga besar SEA Games Singapura 2015. Raihan 47 medali emas 61 medali perunggu dan 74 medali perak menempatkan posisi Indonesia di peringkat kelima.
Namun, menurut Suwarno, hasil tersebut sudah mencapai target yang ditetapkan Satlak Prima.
“Saya tidak pernah menargetkan untuk berada peringkat dua. Saya hanya katakan kita targetkan 46 medali emas, dan sekarang kita dapat 47 medali emas, bagi kami on target,” kata dia.
Meski demikian, jika menengok kembali kebelakang. Prestasi Indonesia di ajang dua tahunan itu kembali mengalami penurunan. Terlepas dari pesta medali emas di SEA Games 2001 di Palembang, pada SEA Games ke-27 di Myanmar, Indonesia mengantongi 65 medali emas dan bercokol di peringkat empat.
Modal Indonesia di SEA Games Singapura kali ini memang sangat minim. Terlebih dari 402 nomor yang dipertandingkan, hanya 309 yang diikuti Indonesia.
Sementara itu 98 nomor gagal meraih medali satupun. Menurutnya banyak cabang olahraga (cabor) yang sebetulnya bisa menorehkan medali bagi kontingen Indonesia. Sayangnya, cabor tersebut tidak dipertandingkan di SEA Games kemarin.
Di antaranya kata Suwarno seperti karate, voli pantai, dan angkat besi. Cabor andalan Indonesia yang nomornya tidak dipertandingkan menjadi tanggung jawab KOI.
“KOI harusnya memperjuangkan cabor kita yang punya potensi emas agar dipertandingkan,” tuturnya.