REPUBLIKA.CO.ID, LONDON-- Tiga sponsor pendukung perhelatan Olimpiade London 2012 diprotes sejumlah aktivis yang mengampanyekan tema 'Greenwash Gold 2012'. Ketiga sponsor tersebut adalah Dow Chemical, British Petroleum (BP) dan Rio Tinto.
Para aktivis memprotes keterlibatan ketiga perusahaan kakap tersebut karena dampak buruk terhadap lingkungan yang telah mereka ciptakan. Menaggapi protes tersebut, Panitia Penyelenggara Olimpiade London (LOCOG), menyatakan pihaknya akan menertibkan kalangan pemrotes dengan cara damai.
Kampanye 'Greenwash Gold 2012' diprakarsai oleh Meredith Alexander. Seperti dilansir Reuters, Senin (16/4), Alexander mengatakan ketiga sponsor tersebut dilibatkan dalam perhelatan Olimpiade London karena keperluaan pendanaan mesin yang ditaksir mahal harganya.
"Sangat menyedihkan ketika tiga sponsor ini terpilih, jelas sekali kalau uang berbicara lebih daripada apa pun," ujar Alexander.
Dow Chemichal, yang siap mensponsori dekorasi di stadion utama perhelatan Olimpiade London 2012 diminta kalangan pemrotes agar tidak menjadi sponsor. Pasalnya, Dow dianggap telah mengakibatkan kecelakaan gas di kawasan Bhopal, India pada tahun 1984 silam.
Namun, pihak Dow menyangkal bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi di pabrik Union Carbide India Limited yang telah menewaskan 25 ribu orang. Sedangkan BP diprotes karena tumpahan minyak yang disebabkannya di perairan dalam Teluk Meksiko, beberapa waktu lalu.
Mendapati protes tersebut, pihak BP mengklaim akan berkomitmen terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan pada perhelatan Olimpiade London 2012. "BP akan tetap berkomitmen untuk membantu LOCOG menggelar Olimpiade yang berkelanjutan," ujar pihak BP, belum lama ini kepada Reuters.
Adapun Rio Tinto yang juga mendulang protes dari kalangan aktivis menyatakan pihaknya akan menyediakan 4.700 medali perak untuk Olimpiade London 2012. Bahkan untuk mengklarifikasi protes yang tengah memanas, Rio Tinto mengklaim pihaknya menjalankan bisnis dengan standard etika yang tinggi.
"Kami berkomitmen menjalankan bisnis pertambangan sesuai tanggung jawab dan tidak melanggar hak asasi manusia," klaim pihak Rio Tinto.