REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Puluhan remaja di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menggelar demonstrasi damai menolak perayaan "valentine day" atau hari kasih sayang yang menurut mereka membawa pengaruh buruk terhadap generasi muda.
"Valentine itu budaya Barat dan identik dengan pergaulan bebas. Ini bisa merusak generasi muda kita. Seharusnya pemerintah membuat aturan untuk melarang budaya negatif dari Barat seperti ini," kata Tim Lembaga Dakwah Sekolah HTI DPD II Kotim Abdur Rasyid Sidik di Sampit, Senin.
Demonstrasi damai dilakukan para remaja yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPD II Kotawaringin Timur. Mereka berjalan kaki menuju bundaran depan kantor Polres Kotawaringin Timur di Jalan Jenderal Sudirman.
Secara bergantian, peserta aksi yang merupakan pelajar dan mahasiswa itu menggelar orasi. Aksi mereka menyita perhatian pengendara yang melintas di kawasan itu.
Kegiatan tersebut tidak sampai mengganggu arus lalu lintas karena polisi telah berjaga mengamankan lokasi. Sambil memegang sejumlah poster bertuliskan kalimat penolakan perayaan valentine, peserta menyampaikan pesan moral dengan tertib.
Menurut Rasyid, tidak jarang remaja merayakan valenine dengan kegiatan negatif seperti pesta minuman keras, narkoba hingga seks bebas. Fenomena ini jelas merusak moral generasi muda padahal valentine bukan budaya masyarakat Indonesia.
"Lebih banyak mudaratnya dan lebih mengarah pada maksiat. Ini tentu bertentangan dengan ajaran agama. Pemerintah harus peduli terhadap masalah ini karena dampaknya terhadap generasi penerus," kata Rasyid.
Usai menyampaikan orasi, peserta aksi membubarkan diri dengan tertib. Beberapa tahun terakhir, mereka rutin menggelar demonstrasi menolak perayaan valentine. Aksi itu digelar sehari menjelang valentine yang biasanya dirayakan pada 14 Februari.