REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam baru hadir kembali di Spanyol setelah berakhirnya Perang Dunia II (1939-1945). Para imigran Muslim memberikan andil terbesar terhadap kehadiran kembali Islam di negara Eropa Barat ini. Merekalah yang kemudian mengenalkan kembali dan menyebarluaskan ajaran Islam sehingga Islam bisa berkembang di negara tersebut hingga saat ini.
Kaum imigran Muslim di Spanyol terbagi dua kelompok. Pertama, para imigran pencari kerja yang tinggal untuk sementara dan jumlahnya makin meningkat sejak tahun 1960-an. Kedua, para imigran tetap yang sebagian besar tinggal dan bekerja di Catalonia--wilayah dengan tingkat industrialisasi paling tinggi di Spanyol. Para imigran ini berasal dari negara-negara berpenduduk Muslim, seperti Maroko, Senegal, Pakistan, dan Aljazair.
Bila di Jerman, Austria, dan beberapa negara Eropa lainnya imigran Muslim kerap dianggap sebagai 'batu kerikil' dalam komunitas mereka, tidak demikian dengan imigran Muslim di Spanyol. Dalam sebuah laporan resmi yang dirilis oleh Kementerian Hukum Spanyol pada akhir tahun 2007 lalu diungkapkan bahwa Pemerintah Spanyol mengakui para imigran Muslim ini sudah melebur dan menjadi bagian dari masyarakat Spanyol.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa empat dari lima imigran Muslim terintegrasi dengan komunitas Spanyol. Secara persentase, sekitar 83 persen dari total imigran Muslim yang ada sudah melebur dalam masyarakat Spanyol dan mengadaptasi seluruh aturan hukum serta adat masyarakat. ''Mereka sangat toleran dan moderat,'' ujar Menteri Kehakiman, Marino Fernandez Bermejo, seperti dikutip dalam laporan tersebut.
Kondisi ini membuat Islam dan komunitas Muslim mudah diterima oleh masyarakat Spanyol yang mayoritas beragama Katolik. Karena itu, tak mengherankan jika akhirnya banyak warga Spanyol yang kemudian berpindah keyakinan dan memeluk Islam. Para mualaf ini merupakan gambaran wajah Muslim Spanyol saat ini.
Jumlah mualaf di Spanyol terus meningkat beberapa tahun belakangan ini. Jumlah komunitas mereka di Spanyol memang mencengangkan. Tahun 2007 lalu, jumlah mualaf mencapai angka 20-50 ribu orang. Menurut laporan media massa lokal, warga Spanyol yang masuk Islam berasal dari berbagai kalangan. Bahkan, tidak sedikit di antaranya yang berasal dari kalangan intelektual, akademisi, dan aktivis antiglobalisasi.
Saat ini, jumlah warga Muslim di Spanyol diperkirakan sekitar 1,5 juta jiwa dari 40 juta total penduduk negara itu. Padahal, pada akhir tahun 1960-an, jumlah Muslim di Spanyol hanya puluhan ribu orang. Semua ini tak terlepas dari peran seorang mualaf asal Skotlandia, Ian Dallas--ia mengubah nama menjadi Syekh Dr Abdalqadir as-Sufi--yang aktif mengajarkan kembali agama Islam.
Ia memulai dakwahnya di Granada, tempat tinggalnya, melintasi semenanjung selatan negara itu demi menyiarkan Islam. Ia memadukan ajaran sufi dan tradisi Andalusia. Walaupun sempat mendapat kritikan, ia terus maju. Tak hanya kalangan Muslim yang terpikat dakwahnya, kalangan non-Muslim juga. Satu per satu mereka pun bersyahadat.
Banyak alasan seseorang masuk Islam, begitu juga mualaf Spanyol. Namun, umumnya mengerucut ke satu hal bahwa Islam menyajikan cara hidup yang lebih komplit. ''Islam bila diselami lebih dalam, menyuguhkan kedamaian bagi penganutnya dan orang-orang di sekelilingnya,'' ujar Mansur Escudero, mualaf yang kini aktif di Comision Islamica Espana (Komisi Islam Spanyol).