REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan bomber Manchester United Dwight Yorke mengatakan, ia dibuat merasa seperti seorang penjahat setelah ditolak masuk AS. Pria Trinidad dan Tobago berusia 45 tahun dilarang masuk AS, Jum'at (17/2), lantaran bermain pada pertandingan amal di Iran, 2015 lalu.
"Saya tidak bisa lagi menghitung berapa kali saya ke Amerika, saya suka negara itu tapi saya sedang dibuat merasa seperti seorang penjahat," kata Yorke kepada surat kabar The Sun seperti dilansir Saudi Gazette, Ahad (19/2).
Yorke sendiri baru saja melakukan perjalanan dari Qatar siaran bersama Bein Sport, dan bermaksud kembali ke rumahnya di Karibia melalui Miami. Akibat insiden itu, ia mengaku masih tidak bisa percaya apa yang baru saja terjadi.
Ia menjelaskan, petugas di Qatar mengatakan kalau ada masalah visa dan bendera merah menyala karena ada cap Iran di paspor. Padahal, Yorke ke Iran untuk bermain di pertandingan legendaris untuk membuka stadion dan malah tidak menginap.
"Saya telah membawa tiket saya dan check-in dan hendak melakukan penerbangan ketika saya dihentikan dua pejabat, saya pikir, apa yang terjadi," ujar Yorke.
Kedua petugas itu menekankan jika tetap naik pesawat, Yorke akan dideportasi kembali ke Qatar saat tiba di AS. Setelah menjelaskan kalau ia tidak memiliki rumah di Qatar dan ingin kembali ke rumah di Karibia, Yorke tetap ditolak berangkat ke AS.
"Saya mencoba menjelaskan kalau saya bahkan tidak tinggal di Qatar, dan hanya mencoba kembali ke rumah saya di Karibia," kata Yorke.
Penolakan ini tentu terkait perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump, yang melarang masuk orang-orang dari tujuh negara mayoritas Muslim. Tujuh negara itu seperti Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.
Dwight Yorke sendiri yang merupakan mantan bomber Manchester United telah memenangkan tiga gelar Liga Primer Inggris, Liga Champions, dan Piala FA. Ia pernah pula bermain untuk Aston Villa, Blackburn Rovers, Birmingham City dan Sunderland.