REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta, Abdurrahman Suhaimi, menyesalkan aksi intimidasi yang dilakukan oleh oknum pendukung salah satu pasangan calon pada saat proses pemungutan suara Pilkada DKI, pekan lalu. Menurut dia, ajang pesta demokrasi tersebut sudah seharusnya berlangsung secara demokratis dan bebas dari tekanan apa pun.
"Kami sangat menyayangkan aksi sweeping dan intimidasi yang terjadi di TPS-TPS selama proses pemungutan suara pada putaran pertama Pilkada DKI, kemarin," kata Suhaimi kepada Republika.co.id, Rabu (22/2).
Sebelumnya, Fredy Tahuney alias Iwan Bopeng kedapatan melakukan intimidasi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 27 Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur, pada hari pelaksanaan Pilkada DKI, Rabu (15/2) pekan lalu. Ketika itu, Iwan mendatangi TPS tersebut bersama sejumlah rekannya sesama pendukung pasangan pejawat Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot), dengan mengenakan baju kemeja kotak-kotak.
Rekaman video yang tersebar di laman Youtube menunjukkan Iwan sempat mengamuk di TPS 27 Palmeriam sambil melontarkan kalimat 'tentara gue potong di sini, apalagi elu'. Tak pelak, kata-katanya itu menuai kemarahan banyak orang, terutama kalangan prajurit TNI.
Suhaimi mengatakan, tindakan tegas dari aparatur keamanan sangat dibutuhkan agar kejadian serupa tidak terulang kembali pada hari pemungutan suara Pilkada DKI putaran kedua, 19 April, mendatang. Dia pun mengingatkan masyarakat untuk selalu bersatu padu dan bahu-membahu melawan segala bentuk tindakan premanisme yang terjadi pada perhelatan demokrasi lanjutan di Ibu Kota, nanti.
"Aparatur kemanan harus benar-benar hadir dan tegas menindak gangguan kemanan seperti (yang dilakukan Iwan) ini. Indonesia adalah negara hukum, bukan negara rimba," ujar Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Provinsi DKI itu mengingatkan.