REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Tata Kota, Nirwono Yoga mengatakan, banjir yang terjadi di Jakarta, Selasa (21/2), memang berkurang dibandingkan tahun 2014. Itu dikarenakan curah hujan yang berbeda. Pada tahun 2014 mencapai 150-200 milimeter (mm) perjam.
“Sementara 2017 ini hanya berkisar 50-100 mm per jam. Ini karena faktor alam,” ujar Nirwono kepada Republika.co.id, Rabu (22/2).
Nirwono mengakui, banjir yang terjadi di Jakarta saat kemarin lebih cepat surut. Kendati demikian, Nirwono mempertanyakan kemana air tersebut dibuang. Jika semua dibuang ke laut, maka Jakarta akan bunuh diri secara ekologis. Pasalnya, di Jakarta tengah mengalami krisis air bersih. Hujan, kata Nirwono, dibutuhkan untuk mengisi cadangan air di Jakarta.
Nirwono menambahkan, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) tidak bisa dikatakan mampu mengurangi banjir Jakarta. “RPTRA dibangun untuk fungsi sosial, tidak ada hubungannya dengan fungsi ekologis, apalagi mengurangi banjir,” Nirwono menegaskan.
Seperti diketahui, hujan deras yang terjadi di Jabodetabek mengakibatkan banjir terjadi di hampir seluruh wilayah Jakarta, Selasa (21/2). Sejumlah warga terpaksa mengungsi akibat banjir tersebut.