REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah studi baru menunjukkan, sakit punggung mungkin bukan hanya tidak nyaman, tetapi juga bisa menjadi indikator dari kematian yang makin dekat.Sebuah tim peneliti dari Australia mengamati catatan kesehatan dan kematian dari ribuan pasang kembar dewasa di Denmark.
Mereka menemukan, orang-orang yang melaporkan munculnya sakit punggung bawah memiliki kesempatan yang jauh lebih tinggi untuk meninggal lebih cepat daripada lainnya. Associate Professor Paulo Ferreira, seorang peneliti fisioterapi di Universitas Sydney, mengatakan, sakit punggung tak menyebabkan orang meninggal tapi merupakan penanda signifikan dari kematian yang makin dekat.
"Kami mengakses data dari lebih dari 4.000 kembar dalam dataset khusus ini dan kami melihat hubungan antara kemunculan sakit punggung tarif dengan kematian," kata Dr Ferreira.
"Apa yang kami temukan, orang-orang yang memiliki gejala sakit punggung -dan itu termasuk punggung bawah ditambah atau tanpa sakit leher -memiliki peluang meninggal 13 persen lebih besar dibandingkan mereka yang tak memiliki gejala apapun pada tulang belakang lumbar mereka," terangnya.
Seperti akumulasi bunga, peluang 13 persen itu benar-benar meningkat setiap tahun. "Ketika kami menyesuaikan dengan faktor-faktor lain dalam analisis, dalam hal signifikansi statistik, hubungan ini berkurang," sebut Dr Ferreira.
"Ini jelas merupakan suatu tanda bahwa jika Anda mengalami sakit punggung, status kesehatan Anda akan menjadi jauh lebih buruk," kata Dr Ferreira.
Ia berujar, meski operasi dan obat-obatan sebagian besar tak efektif untuk mengobati sakit punggung, tetaplah menjaga kebugaran dan kesehatan sejak jauh-jauh hari.
"Orang-orang yang berolahraga lebih sering -dan saya berbicara tentang jenis olahraga yang menyenangkan, aktivitas fisik berlevel sedang hingga tinggi -mereka akan memiliki peluang lebih kecil untuk mengalami sakit punggung,” jelasnya.
"Bahkan jika Anda mengalami sakit punggung dan Anda aktif secara fisik, prognosis Anda akan jauh lebih baik juga, dibandingkan dengan mereka yang memutuskan untuk diam di rumah dan berbaring di tempat tidur," tutur Dr Ferreira.
Sakit punggung bebani perekonomian satu miliar dolar per tahun
Sebanyak 4 juta warga Australia diperkirakan menderita beberapa bentuk sakit punggung, mulai dari nyeri saat membungkuk hingga rasa sakit kronis yang melemahkan. Menurut para peneliti, kondisi itu membebani perekonomian Australia sebesar satu miliar (atau setara Rp 10 triliun) per tahun dalam biaya pengobatan saja.
Meski demikian, aktivitas fisik tak selalu menjadi pilihan bagi semua penderita sakit punggung. Michael Bates dari Asosiasi Manajemen Nyeri Australia (APMA) mengatakan, banyak orang dengan nyeri kronis atau atau sakit yang terus-menerus dirasakan bahkan berjuang dengan aktivitas sehari-hari.
"Tak mudah untuk mengatakan keluar rumahlah dan beraktivitas. Bagian dari masalah nyeri kronis adalah bahwa solusinya tak berlaku umum," sebutnya.
APMA telah lama mengajukan pendanaan pemerintah tambahan untuk urusan nyeri kronis. Bates mengatakan, pendanaan yang lebih baik bisa memiliki manfaat jangka panjang bagi sistem kesehatan Australia secara keseluruhan.
"Kami punya satu dari lima orang yang menderita nyeri terus-menerus dan stres yang membebani sistem kesehatan. Tak ada keraguan bahwa jika kami bisa mendapatkan lebih banyak sumber daya untuk nyeri kronis maka itu akan mengurangi beban pada sistem kesehatan," sebutnya.
Penelitian Universitas Sydney ini diterbitkan dalam ‘European Journal of Pain’.
Diterjemahkan Pukul 10:00 AEST 27 Februari 2017 oleh Nuriva Savitri. Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.