REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah kapal patroli Angkatan Laut Australia, Rabu (1/3), akan melewati salah satu kuburan perang paling penting bagi negara itu yang berada di Selat Sunda. Dalam acara yang berlangsung khidmat, para penumpang kapal itu akan berhenti sejenak mengenang kejadian 75 tahun silam ketika kapal perang kebanggaan Australia takluk kepada Jepang.
Mereka akan mengheningkan cipta bagi 681 pelaut yang berada di Kapal HMAS Perth, yang tenggelam Jepang di selat antara Pulau Jawa dan Sumatera pada 1 Maret 1942. Di perairan di barat Jakarta itu, mereka mengenang korban yang kehilangan nyawa saat tenggelam dan kemudian di tahanan kamp perang.
Sebanyak 218 orang berhasil pulang ke tanah air mereka Australia - semuanya dengan kisah luar biasa tentang bagaimana mereka selamat.
Dalam survei paling komprehensif sejak akhir 1960-an, nanti pada akhir bulan Maret ini, Australia dan Indonesia akan mengirimkan penyelam ke bangkai kapal tersebut.
"Kami menyadari lebih dari 300 pelaut Australia kehilangan nyawanya saat tenggelam. Dan mungkin mungkin masih ada sisa-sisa kerangka manusia di sana," ujar Michael Harvey dari Museum Maritim Australia, yang akan memimpin penyelaman kepada wartawan ABC Samantha Hawley.
"Tapi hal itu bukan sesuatu yang bisa kami mengomentari secara detail sebelum kami sampai di sana," katanya.
Jika penyelaman berhasil dan ditemukan kerangka manusia, maka tidak akan disentuh sama sekali. Korban yang mati dalam perang tidak akan diganggu.
Puing-puing ini pertama kali disurvei oleh penyelam pada 1967. Sejak itu, wisatawan penyelam sering berkunjung ke lokasi dan, dalam beberapa kasus, melaporkan kepada Pemerintah Australia tentang apa yang mereka lihat.
"Tapi ini akan jadi survei komprehensif pertama yang memeriksa secara detail bangkai kapal dan puing-puing di sekitarnya sejak penyelaman 1967," kata Harvey.
Mungkin sudah rusak
Pada Desember tahun lalu, museum dan pusat penelitian arkeologi Indonesia melakukan survei sonar atas bangkai kapal, menunjukkan memburuknya situs itu secara signifikan sejak tahun 1967. Diperkirakan para pemulung telah merusak HMAS Perth untuk dijadikan besi tua.
Laporan menunjukkan kapal perang lainnya, termasuk tiga kapal Jepang yang tenggelam di Indonesia telah hancur oleh pemulung. "Kita akan melihat bukti beberapa penyelamatan," kata Harvey.
"Tapi kondisi bangkai bukan sesuatu yang bisa kita jelaskan secara detail sampai tim sudah menyelam dan melihatnya secara komprehensif," katanya.
Dia mengatakan setelah penyelam menilai bangkai kapal, fokusnya bergeser pada perlindungan kapal tersebut. Ia mengatakan Angkatan Laut RI sudah mulai berpatroli di sekitar lokasi.
Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke Australia pekan lalu, kedua negara sepakat memperkuat kerjasama di bidang warisan budaya maritim. Tapi kapal itu berada di perairan Indonesia sehingga Australia harus mematuhi setiap ketentuan yang diterapkan oleh Jakarta.
HMAS Perth berlayar dengan kapal USS Houston saat diserang dan juga menenggelamkan kapal Amerika itu. "Fokus utama kami adalah melaksanakan penelitian di kapal Perth, tapi kita menyadari bahwa kapal Houston juga ada di sana. Dan ada kepentingan di AS juga mengenai keselamatan Houston," kata Harvey.
"Jika kami dapat membantu, kami akan lakukan," katanya.
Dua penyelam Australia dan dua penyelam Indonesia akan melakukan penyelaman survei ini.
Diterbitkan Pukul 14:00 AEST 1 Maret 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.