Jumat 03 Mar 2017 18:15 WIB

Panen Tiba, Harga Gabah di Lampung Mulai Anjlok

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nidia Zuraya
 petani tengah menjemur gabah keringnya.
Foto: Antara/Fiqman Sunandar
petani tengah menjemur gabah keringnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Para petani di beberapa wilayah sentra produksi padi di Lampung mengeluhkan harga gabah kering panen (GKP) lambat laun anjlok, memasuki musim panen pada Maret ini. Beberapa daerah, petani terpaksa menjual GKP-nya dibawah harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700 per kg.

Keterangan yang dikumpulkan Republika dari beberapa petani yang dihubungi, Jumat (3/3), harga GKP petani di beberapa daerah beragam dan berfluktuatif. Petani di Sragi, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan, masih menjual gabahnya berkisar Rp 3.700 per kg hingga Rp 3.800 per kg. Sedangkan petani di Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah masih menjual gabah seharga Rp 3.900 per kg.

Sedangkan petani di Trimulyo, Kabupaten Pesawaran, masih menjual gabahnya saat musim panen Rp 3.800 per kg. Hal yang membuat kecewa petani di Sungai Sidang, Kabupaten Mesuji, terpaksa menjual gabahnya yang sudah memasuki musim panen di bawah HPP yakni Rp 3.500 per kg.

Petani di Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Pesawaran masih mengeluhkan harga GKP terus anjlok dari sebelumnya. Menurut Ali, petani Desa Trimurjo, harga gabah terus anjlok dari RP 4.200 per kg menjadi Rp 3.900 per kg. “Kalau sudah banyak yang panen, harga gabah bisa turun sampai Rp 3.600 per kg,” ujarnya.

Lihat juga: Persediaan Benih Bawang Petani Bantul Menyusut

Adin, petani di Mesuji, mengatakan hasil panen gabahnya hanya dihargai agen Rp 3.500 per kg, padahal sebelumnya harga gabah masih membaik sampai Rp 3.800 per kg. “Kami maunya harga sama dengan daerah lain seperti di Trimurjo Rp 3.900 per kg,” ujarnya.

Ia mengatakan saat musim hujan banyak lahan sawah petani yang terendam banjir, namun belum memengaruhi hasil panen padi, karena air yang merendam tidak berlangsung lama, sehingga panen bisa segera dilakukan.

Menurut dia, pemerintah daerah segera turun ke sawah-sawah mengecek harga gabah yang mulai anjlok, sehingga tahu kerugian petani. Setiap musim panen, petani malah mengeluh karena harga gabah anjlok.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement