REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) kecuali puasa karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.” Hadis Riwayat Bukhari (HR) Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban.
Seperti itulah janji Allah kepada setiap hamba-Nya yang berpuasa. Janji itu dihayati benar oleh Muhammad Al Fatih dan para tentaranya dalam menaklukkan Konstantinopel yang kini dikenal sebagai Istanbul.
Al Fatih menjadi jawaban dari ramalan Rasulullah yang tertera pada hadis lainnya. “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” HR Ahmad bin Hanval Al Musnad.
Hadis ini yang mendorong Muhammad Al-Fatih untuk berusaha keras menaklukkan Konstantinopel. Berbagai metode dan strategi dilakukan meskipun tak jarang menemui kegagalan. Pada 20 Jumadil Awal 857 H bertepatan dengan 29 Mei 1453 M, Al Fatih beserta bala tentaranya berhasil menaklukkan Konstantinopel.
Dia sukses memasuki wilayah Konstantinopel dengan membawa serta kapal-kapal mereka melalui perbukitan Galata, untuk memasuki titik terlemah Konstantinopel, yaitu Selat Golden Horn. Ketika itu, Al Fatih beserta ribuan tentaranya menarik kapal-kapal mereka melalui darat. Meski ada tentaranya mengatakan kemustahilan untuk melakukan startegi tersebut. Namun, Al Fatih tidak gentar. Dia dengan tegas mengatakan kepada seluruh tentaranya untuk bergegas dan melaksanakan strategi tersebut.
Sehari sebelum berjalannya strategi itu, ia memerintahkan semua tentaranya untuk berpuasa pada siang hari dan shalat Tahajud pada malam harinya sebelum berperang untuk meminta kemenangan kepada Allah. Alhasil, Al Fatih berhasil membawa kemenangan dengan menaklukkan Kontantinopel dan memimpinnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ia melindungi seluruh rakyat di sana, baik Muslim maupun non-Muslim.
Al Fatih memang terkenal sebagai sultan yang saleh. Semasa hidupnya, dia tidak pernah meninggalkan shalat fardu, shalat sunah, shalat Tahajud, dan berpuasa. Sejak ia berusia delapan tahun, ia telah menghafal Alquran dan menguasai tujuh bahasa berbeda, yaitu Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi, dan Ibrani.
Setelah ia memimpin Konstantinopel selama 19 tahun, dia berencana menaklukkan Roma. Hanya, saat ingin melaksanakan cita-citanya, Al Fatih wafat. Dia menghadap Ilahi pada 3 Mei 1481 karena sakit sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia.
Muhammad Al Fatih bergelar Sultan Mehmed II pada masa Ottoman Turki. Ia menaklukkan Konstantinopel saat masih usia 21 tahun. Hingga kini, Muhammad Al Fatih merupakan salah satu pejuang Islam yang dimiliki oleh Islam. Sejak masa hidup Rasullullah hingga 800 tahun ke depan, belum ada pejuang Islam yang berhasil menaklukkan Konstantinopel.