REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemkot Bandung mengimbau pengemudi angkot yang akan mogok menarik penumpang, agar tak menggelar aksi unjuk rasanya saat jam sibuk seperti pagi dan sore. Menurut Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung, Didi Ruswandi, untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan penumpang karena mogok, pemerintah melalui DAMRI akan menyiapkan angkutan untuk warga yang selama ini setia menggunakan kendaraan umum.
"DAMRI akan tetap melayani di jalurnya sesuai pernyataan dari Kepala Cabang Damri Bandung," ujar Didi kepada wartawan, Rabu (8/3).
Tak hanya itu, kata Didi, Pemkot Bandung pun akan mengerahkan kendaraan lainnya untuk digunakan secara bersama-sama. "Mobil dinas para pejabat dishub akan stand by di terminal untuk membantu pelayanan," katanya.
Namun, Didi meminta perusahaan dan instansi lainnya yang memiliki karyawan banyak agar menyiapkan kendaraan untuk mengangkut mereka. Dia pun mengimbau masyarakat pengguna jasa angkot agar bisa mengantisipasi rencana mogok tersebut.
Jika benar dilakukan, menurut Didi, warga harus menyiapkan alternatif baik berjalan kaki mau pun kendaraan lainnya. "Yang dekat dianjurkan untuk berjalan kaki atau bersepeda," katanya.
Terkait tuntutan pengusaha angkutan yang menolak aplikasi online, Didi mengatakan, pihaknya tidak bisa memberi keputusan terkait tuntutan tersebut. Karena, ranahnya berada di pemerintah pusat.
Sebelumnya, ribuan sopir angkutan kota (angkot) di Bandung akan menghentikan operasinya pada Kamis (9/3). Aksi mogok ini dilakukan sebagai bentuk protes atas hadirnya taksi dalam jaringan (online) yang saat ini semakin menjamur.
Menurut Sekretaris Kobanter Kota Bandung Ahmad Setiyadi, ribuan sopir angkot dari berbagai jurusan akan menggelar unjuk rasa di depan Gedung Sate. Mereka meminta pemerintah menghentikan operasional taksi online karena telah menyedot pendapatan sopir angkot.
Dia menjelaskan, biasanya sopir angkot mampu menarik penumpang enam kali pulang-pergi dalam sehari. Setelah hadirnya taksi online, pendapat mereka berkurang drastis karena hanya mampu menarik tiga pulang-pergi. "Bahkan sering juga enggak ada penumpang, enggak kebagian," katanya di Bandung, Rabu (8/3). Sehingga, kata dia, tidak aneh jika saat ini pendapatan sopir angkot berkurang sekitar 50 persen.
Dia berharap pemerintah bisa memperhatikan nasib anggotanya yang saat ini terasa semakin terjepit. Meski hadirnya taksi online sudah memiliki payung hukum melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32, dia berharap hal ini bisa ditarik kembali.