REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Darmansyah Djumala mengatakan tradisi tukar menukar cenderamata atau kenang-kenangan dalam kunjungan kenegaraan bersifat situasional.
Artinya, jika dalam sebuah kunjungan kenegaraan Pemerintah Indonesia mendapatkan cinderamata, maka Presiden juga akan memberikan tanda kenang-kenangan kepada negara tersebut.
"Tergantung. Situasional lah. Jika mereka memberikan duluan, kita resiprokal. Kadang-kadang mereka minta batik, oh saya mau pakai batik ya, itu kedengeran sama Presiden, Presiden kasih souvenir," kata Djumala di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (8/3).
Djumala pun sempat menceritakan, saat kunjungan kenegaraan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ke Indonesia, Durte menginginkan sebuah batik. Presiden pun kemudian langsung memberikan kenang-kenangan baju batik.
Menurut Djumala, barang cenderamata yang diberikan oleh seorang kepala pemerintahan atas nama negara, maka barang tersebut menjadi barang milik negara. Namun, jika souvenir tersebut diberikan oleh sebuah perusahaan, maka patut dicurigai dan akan dikembalikan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kalau negara jelas kami terima sebagai suvenir dan kita resiprokal. Tapi kalau perusahaan, ya patut diduga juga. Ya sudahlah secara feeling saja," ujarnya.
Apalagi jika barang pemberian dari sebuah perusahaan itu bernilai hingga jutaan rupiah, maka dapat diduga merupakan gratifikasi. "Kalau dia antar negara, itu punya milik negara. BMN. Tapi kalau kita nilainya lebih dari jut, jut, jut, (berjuta-juta) feeeling. Feeling kan. Lapor. Gratifikasi," kata Djumala.
Baca juga, KPK Telaah Pedang Emas Polri Pemberiaan Raja Salman.
Ia mencontohkan, saat Presiden mendapatkan suvenir dari perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft, barang pemberian tersebut langsung dikembalikan ke KPK. Hal ini dilakukan lantaran ada dugaan gratifikasi dalam pemberian souvenir oleh suatu perusahaan. "Seperti yang saat saya kembalikan ke KPK, Rosneft, kan latar belakang Rosneft tahulah ya kalian. Kita waktu ke situ ngapain, tahu kan. Nah, patut diduga oh itu," ceritanya.