Kamis 16 Mar 2017 10:35 WIB

KH Hasyim Muzadi, Ulama Langka, Melampaui Banyak Bidang

Rep: Amri Amrullah/ Red: Hazliansyah
 KH Hasyim Muzadi
Foto: Republika/Yasin Habibi
KH Hasyim Muzadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Yayasan Dinamika Umat KH. Hasan Basri Tanjung menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya KH. Hasyim Muzadi, Kamis (16/3) pagi. Hasan Basri menilai sosok almarhum adalah ulama langka yang kemampuannya melampaui banyak bidang.

"Innalillahi wa innailaihi rajiun," katanya, Kamis (16/3).

Ia mengungkapkan sungguh kematian seorang ulama bagaikan kematian alam semesta. Karena ulama pembawa ilmu dan ilmu itu laksana cahaya dalam kegelapan. Artinya, kematian ulama itu sama dengan matinya cahaya yang menyinari.

"Almukarrom KH HM adalah ulama langka di masa kini. Kiprahnya melampaui banyak bidang, bukan hanya pondok pesantren dan NU tetapi juga di kancah politik nasional seperti yang beliau jalankan hingga ujung hidupnya sebagai anggota watimpres," ujarnya.

Menurutnya, almarhum juga aktif di organisasi keilmuan internasional sebagai tokoh yang berpengaruh. Satu hal yang selalu ditunggu dari seorang KH. Hasyim Muzadi, ujar Hasan Basri, adalah tulisannya yang santun dan mendalam di kolom Refleksi Republika.

"Meski saya tidak berguru secara langsung, tapi saya merasa menjadi murid melalui tulisannya yang sufistik. Pak Kyai, umat Islam dunia kehilanganmu," katanya.

Pagi ini, media sosial penuh dengan ungkapan duka dan doa. Doa ini dipanjatkan kepada mantan Ketua Umum PBNU almarhum KH. Hasyim Muzadi.

"Amal saleh Kiai Hasyim Muzadi selama ini rasanya sudah lebih dari cukup sebagai bekal menghadap Kekasihmu, apalagi doa yang mengalir dari santri dan jamaahmu. Selamat jalan Pak Kyai. Engkau sudah dinanti para kekasih Allah sebagai hamba yang saleh. Aamiin," tutur Hasan Basri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement