REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada faktor eksternal, dukungan dari institusi-institusi Islam di sejumlah negara Muslim, dirasakan masih kurang. Hal ini bisa dilihat dari minimnya jumlah buku dan literatur yang diterjemahkan ke dalam bahasa Portugis. Selain itu, mereka juga tidak terlampau gencar mengirimkan dai dan guru agama ke Brasil.
Adapun dari internal, hal itu terkait dengan awal mula kedatangan agama Islam ke negara penghasil pisang terbesar di dunia ini. Orang-orang Islam pertama yang datang ke Brasil merupakan para budak serta pekerja kasar yang dipekerjakan di perkebunan.
Karakteristik mereka tentu saja jauh dari tradisi keilmuan maupun wawasan keislaman. Hingga pada pertengahan abad ke 20, datanglah para pedagang asal Arab dan mereka lantas menetap di Brasil, dengan bekal keilmuan agama yang cukup.
Dengan keterbatasan itu, Islam tetap berkembang, tak hanya menyebarkan nilai-nilai Islam terhadap kalangan umat sendiri, tapi juga kepada warga Brazil yang non-Muslim.
Kini, kehidupan generasi berikutnya dari umat Muslim awal di Brazil, sudah jauh berbeda. Mereka telah mengeyam pendidikan lebih bermutu, menduduki jabatan publik dan swasta, serta memiliki kehidupan lebih layak. Inilah modal utama eksistensi Islam di masa mendatang.
Tapi, ''Penguasaan bahasa Arab mereka masih terbatas. Mereka pun kesulitan jika harus merujuk pada buku-buku dan literatur utama agama Islam yang masih berbahasa Arab,'' ungkap Samir Hayek, seorang penulis dan pengarang keturunan Arab.
Beragam usaha dalam mengurangi hambatan ini terus dilakukan. Seperti, yang dirintis oleh Prof Dr Hilmi Nashr, dosen di Islamic Studies di Universitas San Paolo, yang merintis penerjemahan Alquran maupun hadis ke dalam bahasa Portugis.
Tapi, papar Hilmi, segenap umat di sana berharap dukungan dari negara-negara Islam lainnya untuk dakwah di Brazil. ''Terutama, penyediaan buku-buku rujukan yang ditulis dalam bahasa kami,'' katanya.
Pengurus Islamic Center Kawasan Amerika Latin, lembaga yang mengoordinasikan kegiatan dakwah di wilayah itu, juga tak tinggal diam. Menurut pimpinan Islamic Center, Sheikh Ahmed bin Ali al Swayfiy, mereka sedang mengupayakan penerjemahan beberapa buku keislaman ke bahasa Portugis. ''Intinya, jangan sampai kegiatan dakwah terhambat,'' kata dia menandaskan.