Rabu 22 Mar 2017 17:32 WIB

Isu Penjualan Organ Anak, KPAI: Belum Ada Bukti

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi Kekerasan Terhadap Anak
Foto: pixabay
Ilustrasi Kekerasan Terhadap Anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya informasi penculikan anak dikait-kaitkan dengan penjualan organ dalam tubuh. Informasi ini menyebar luas di media sosial hingga menimbulkan kekhawatiran berlarut-larut untuk orang tua.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut informasi tersebut memang menyebar secara masif. "Kami juga banyak mendapat laporan, kiriman foto, video, tentang aksi pengambilan organ anak-anak ini," kata Komisioner KPAI, Ihsan pada Republika.co.id, Rabu (22/3).

Dari informasi tersebut, pasar gelap organ anak disinyalir ini dilakukan di luar negeri dan tidak bisa dibuktikan di Indonesia. Ihsan menyampaikan, sejauh ini tidak pernah ada kasus anak-anak yang diambil organ dalamnya di dalam negeri.

Ihsan mengingatkan kembali pada kasus bidan yang menampung bayi-bayi tak diinginkan. Nasib bayi-bayi ini pun tidak bisa diketahui. "Paling mudah itu memang menggelapkan bayi-bayi tak diinginkan, mereka bisa saja dibawa keluar negeri atau bagaimana," katanya.

Sindikat-sindikat seperti ini yang dinilai perlu diperdalam lagi aktivitasnya. Ihsan mengatakan seorang teman sempat memberitahu bahwa dokter di India mengatakan supply organ anak memang cukup banyak dari Indonesia.

Ia juga menduga aktivitas pencurian organ ini dilakukan di negara tersebut. Meski demikian, Indonesia dinilai sangat perlu waspada soal keterkaitan sindikat penculikan anak dengan sindikat penjualan organ di luar negeri.

Ihsan menjabarkan adanya kemungkinan anak korban penculikan dibawa keluar negeri. Kepolisian Indonesia dinilai perlu bekerja sama dengan pihak luar jika ingin mengusut sindikat secara luas.

"Iming-imignya memang tinggi, harga yang ditawarkan itu membuat orang-orang tega jadi penculik," katanya. Polisi, tambahnya, harus bekerja keras untuk menguak apakah ada hubungan penculik anak dengan penjualan organ-organ dalam mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement