REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pentingnya balaghah ini, membuat seorang pakar geografi dan penjelajah, Yaqut al-Hamawi, dalam sebuah karyanya Kitab Fihrist (Katalog), menyempatkan menulis daftar ahli balaghah yang berjumlah 43 orang. Ia juga menyusun daftar lain yang berisi 10 tokoh utama yang ia anggap sangat mumpuni dalam balaghah.
Salah satu tokoh yang masuk dalam daftar buatan Yaqut, adalah Qabisah ibnu Jabir al-Asadi. Selain itu, sejumlah ilmuwan lain memberi kontribusi dalam pengembangan kajian balaghah melalui karyanya. Di antara banyak karya pertama mengenai kajian balaghah adalah karya yang ditulis cendekiawan ternama, Al-Farabi.
Dia menulis sebuah komentar terhadap karya Aristoteles yang berjudul Rhetorics. Karya tersebut ia beri judul Syarh Kitab al-Khathabah. Al-Farabi juga menulis karyanya sendiri dalam kajian yang sama dengan judul Al-Khathabah yang banyaknya mencapai 20 jilid.
Sosok lain yang sezaman dengan Al Farabi, di antaranya Ahmad ibnu Nashr al-Bayzar, menulis pula tentang balaghah dalam buku yang membahas tentang leksikografi, dengan judul Kitab al-Lisan atau buku tentang bahasa. Karya lainnya tentang retorika ia beri judul Kitab Tahdzib al-Balaghah atau pedoman kehalusan bahasa.
Buku kedua al-Bayzar tersebut membahas mengenai cara-cara menyusun pidato yang baik dan indah sehingga banyak menarik minat para pendengarnya. Karya yang ditulis sebelum buku retorikanya Al-Farabi, kemungkinan besar hanya berupa kumpulan pidato sebagai contoh untuk ditiru dan merupakan buku retorika terapan.
Karya semacam itu, ditulis oleh seorang sastrawan dari Valensia, Spanyol, Muhammad ibnu Yahya al-Tamimi, yang meninggal pada 1019 Masehi. Selain sebagai seorang mufti, Al-Tamimi menjabat sebagai seorang hakim di Valensid sebelum ia memutuskan pindah ke Saragosa.
Buku yang ditulis Al-Tamimi berjudul Kitab al-Khutbah wa al Khuthaba atau buku tentang pidato dan para orator. Buku ini menjadi rujukan bagi ilmuwan lainnya yang hidup satu masa dengannya. Buku lain yang ditulis sebelum masa Al-Farabi dan Al-Bayzar adalah Kitab al Balaghah wa al-Khathabah oleh Ja'far ibnu Ahmad al-Marwazi.
Sedangkan komentar lain soal karya Aristoteles setelah Al-Farabi, dibuat oleh seorang dokter bernama Abu al-Faraj ibnu al-Thayyib, yang meninggal pada 1043 Masehi. Sementara itu, sejarawan yang juga ulama, Abdul Lathif al-Baghdadi, menulis Kitab al-Qawanin al-Balaghah (buku dasar-dasar Balaghah).