REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu metode retoris mengenai Alquran adalah kata-kata kiasan yang kerap melekat dalam sejumlah kalimat.
Adapun kiasan adalah suatu penyebutan terhadap suatu makna tanpa menyebutkan kata aslinya secara eksplisit (atau dalam istilah bahasa disebut metafora/balaghah).
Dilansir di Alukah, Kamis (18/3), adapun kiasan-kiasan dalam Alquran terjadi akibat beberapa sebab. Pertama, bahwa sebuah makna kalimat/kata dapat dinyatakan secara bebas tanpa menyebutkan kata/kalimat eksplisitnya atau tekstualnya.
Contohnya adalah kiasan mengenai perkara hubungan intim atau sesuatu yang berkaitan dengan teknis sentuhan badan. Alquran memberikan kiasan hubungan intim dengan berpegangan tangan (لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ).
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surat An-Nisa penggalan ayat 43:
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا “Wa in kuntum mardha aw ala safarin aw jaa-a ahadun minkum minal-ghaaithi aw lamastumunnisaa-a falam tajiduu maa-an fatayammamuu shai’dan thayyiban.”
Yang artinya: “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan, atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).”
Ibnu Abbas berkata: “(Disebutkan dengan redaksi al-mulaamasah/lamastum an-nisaa/ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ)bersentuhan badan: yakni berhubungan intim. Akan tetapi Allah mengkiaskannya dengan cara atau redaksi yang Dia kehendaki.”
Kedua, bahwa sebuah makna kalimat/kata dapat dinyatakan secara bebas dengan etika yang pantas untuk disebutkan. Seperti kiasan mengenai kencing/buang air dan semacamnya. Hal ini sebagaimana yang terlihat dalam Alquran Surat An-Nisa penggalan ayat 43 tadi. Allah berfirman:
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ “Wa in kuntum mardha aw ala safarin aw jaa-a ahadun minkum minal-ghaaithi.”
Yang artinya: “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau datang dari tempat buang air.”
Redaksi مِنَ الْغَائِطِ ‘minal-ghaithi’ merupakan kiasan dari kata kencing dan buang air besar. Kata kencing (al-baulu) tersebut dikiaskan sebab memiliki strata makna yang tidak pantas, sebab kata tersebut merujuk pada makna serendah-rendahnya tempat di bumi.
Ketiga, adanya kiasan dalam redaksi kata/kalimat Alquran dimaksudkan untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT. Salah satu contohnya adalah kiasan atau metafora mengenai Adam sebagai manusia yang diciptakan langsung oleh Allah SWT tanpa perantara. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surat An-Nisa penggalan ayat 1:
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ “Alladzi khalaqakum min nafsin waahidatin.” Yang artinya: “(Bahwa Allah) menciptakan kamu (Adam) dari seorang diri (Allah menciptakan tanpa perantara).”
Redaksi kalimat ‘min nafsin waahidatin’ merupakan kiasan mengenai penciptaan Nabi Adam. Bahwa kiasan tersebut ditujukan untuk menunjukkan perhatian atas kesempurnaan dan kehendak Allah SWT.
Sumber: alukah