Senin 03 Apr 2017 00:20 WIB

Cerita Kepala Dusun Soal Prediksi Tanah Longsor Ponorogo Meleset

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nur Aini
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Ahad (2/4).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Ahad (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO --- Bencana longsor yang terjadi di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo ternyata sudah diprediksi jauh-jauh hari sebelumnya. Namun, Kepala Dusun Krajan, Suparlan mengatakan prediksi jatuhnya tanah dari bukit Gede itu meleset.

Dia mengatakan, dua pekan terakhir, warga Banaran khususnya di Dusun Tangkil (sebelah barat dusun Krajan) sudah diperingatkan untuk waspada akan potensi terjadinya longsor bukit Gede. Suparlan juga melihat tanah di bukit Gede sedikit demi sedikit runtuh. Pada saat itu, kata dia, warga di dusun Tangkil sudah mengungsi ke pemukiman penduduk lainnya yang berada di lokasi yang lebih tinggi. Hanya saja, setiap pagi, warga yang mengungsi itu akan kembali ke perkebunan jahe di bawah bukit Gede untuk berkebun.

"Hari Jum'at itu dari desa sudah membentuk tim, memetakan wilayah, kalau jatuh (longsor) kemungkinan tanah kemana larinya, menimpa rumah siapa, saat itu prediksinya cuma satu rumah saja," tutur Suparlan ketika ditemui Republika.co.id, pada Ahad (2/4).

Di luar perkiraan sebelumnya, kata dia, longsoran bukit Gede tak jatuh ditempat yang diprediksinya. Lebih parah, longsoran bukit Gede itu terus turun, menerjang seluruh pemukiman warga di Dusun Tangkilan. Bahkan hanya tiga detik saja, tanah sampai ke pemukiman warga di Dusun Krajan yang berada sekitar 1 kilometer di bawah dusun Tangkilan. "Di prediksi larinya kan ke bawah, tapi bisa berbelok begitu sampai ke Krajan," ungkapnya.

Dia pun mengisahkan kejadian longsor yang terjadi pada Sabtu (1/4) pagi. Kala itu, Suparlan bersama istrinya tengah berkebun di Dusun Dersi. Dia mengaku begitu panik, saat mendapat laporan dari warga tentang longsor yang terjadi sekitar pukul 08.00 pagi. Suparlan langsung lari, terlebih dulu dia memastikan siswa-siswi SD Banaran dalam kondisi aman. "Saya ke sekolahan dulu, kondisinya aman. Anak-anak juga sudah diungsikan gurunya," katanya.

Setelah itu, dia menengok warganya di Dusun Krajan yang berada di pemukiman bawah. Seluruh warga di pemukiman bawah Dusun Krajan berhasil menyelamatkan diri. Hanya saja, rumah-rumah warga habis tertimbun tanah. Suparlan beserta warga lainnya pun kemudian menuju hulu atau Dusun Tangkilan, dusun yang berada di bawah bukit Gede. "Dusun itu di bawahnya tepat, tertutup semua tanah," katanya.

Berdasarkan data posko utama tim gabungan tanggap bencana longsor Desa Banaran, terdapat 28 korban hilang pascabencana terjadi. Begitupun dengan pemukiman warga, terdapat 28 pemukiman di dua dusun yang rusak dan tertimbun tanah longsor. Sementara pada Ahad (2/4) siang, tim evakuasi berhasil menemukan dua jenazah warga dusun Tangkil yang tertimbun longsor. Keduanya yakni yakni Katmi (65 tahun) dan Danu Setiawan (28 tahun). Jenazah keduanya langsung dikuburkan tak jauh dari lokasi bencana longsor pada sore harinya.

Sementara itu, hujan deras yang mengguyur Desa Banaran membuat proses pencarian dihentikan. Tim gabungan yang terdiri dari BPBD, Basarnas, Polri, TNI dan relawan lainnya akan kembali melakukan pencarian korban hilang lainnya pada Senin (3/4) esok hari.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement