REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG – Korea Utara (Korut) mengutuk keras serangan rudal Amerika Serikat (AS) ke Pangkalan Udara Suriah pada Jumat (7/4) lalu. Korut bahkan menyebut aksi serangan tersebut sebagai tindakan agresi yang tak termaafkan.
Melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negerinya, Korut menilai keputusan Suriah untuk mengembangkan senjata nuklir adalah pilihan yang tepat. “Serangan rudal AS ke Suriah adalah tindakan agresi yang jelas dan tidak termaafkan terhadap negara, dan kami sangat mengutuk ini," ujar Juru Bicara kepada kantor berita resmi KCNA pada Sabtu (8/4).
Menurutnya, keputusan Korut untuk memperkuat militer sebagai upaya melawan kekerasan dengan kekerasan adalan pilihan yang sangat tepat dengan melihat realitas yang terjadi saat ini. Korut yang politik diplomasinya terisolasi itu menganggap Suriah sebagai sekutu utama. Menurut laporan KCNA, pemimpin Korut, Kim Jong-un dan pemimpin Suriah, Bashar al-Assad telah bertukar pesan atas keinginan keduanya dan berjanji menjalin persahabatan serta kerja sama antarkedua negara.
Baca juga, Lokasi Serangan Kimia di Suriah Kembali Dihantam Bom.
Jubir juga menambahkan Al-Assad mengucapkan terima kasih kepada Kim atas pengakuan terhadap perjuangan Suriah melawan teroris dunia. "Serta mendorong Suriah berhasil mengatasi krisis tanpa gagal," ujarnya.
Adapun, pertukaran pesan sebelum serangan AS di mana Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan terbesar sejak ia mengambil alih pada Januari sebagai reaksi atas serangan gas beracun Pemerintah Al Assad yang menewaskan sedikitnya 70 orang. Meskipun, Suriah telah membantah adanya serangan tersebut.