REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, setidaknya ada sekitar 16 masjid di Kota Ho Chi Minh. Kebanyakan dari masjid tersebut didanai oleh negara-negara Muslim. Salah satunya, yaitu Masjid Jamiul Anwar yang dibangun pada 2006. Masjid itu didanai oleh Uni Emirat Arab dan Palang Merah.
Meskipun mendapatkan dukungan dari Timur Tengah, namun hubungan erat umat Muslim di Vietnam justru lebih terjalin dengan Malaysia dan Indonesia. Karena, mereka merasa lebih dekat secara kultural. Hubungan erat itu dimulai sekitar 20 tahun yang lalu, saat Vietnam secara bertahap membuka diri secara ekonomi.
Seorang Muslim bernama Hachot mengaku dia tak merasa menjadi bagian dari masyarakat Vietnam yang lebih luas, meskipun pemerintah telah membantu membangun kembali rumahnya beberapa tahun yang lalu. Menurut dia, sikap kelompok mayoritas etnis Kinh terhadap Cham oun amat beragam. "Beberapa Kinh mengatakan Cham kotor," ujarnya seperti dikutip laman muslimvillage.com. Mereka keberatan dengan sikap Muslim yang mengharamkan daging babi.
Menurut laman dakwatuna.com, Islam yang berkembang di Vietnam adalah beraliran Suni dan Bani. Muslim Suni yang tersebar di seluruh penjuru negara itu bermazhab Syafi'i. Muslim Bani berkembang di daerah Ninh Thuan dan Binh Thuan. Aliran ini tidak terlalu populer karena mengadopsi pengaruh budaya domestik dan memiliki pengaruh kuat dari India.
Bahkan, aliran Bani kerap dianggap sedikit menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Laman itu menyebutkan bahwa penyimpangan yang dilakukan seperti menjadikan pemimpin untuk shalat mewakili jamaah, tidak ada perhatian dari para pemimpin dengan jamaah mereka sehingga menyebar di tengah mereka ajaran-ajaran syirik. Penyimpangan akidah ini disebabkan oleh sedikitnya ulama dan dai.
Pada 1959, masyarakat Vietnam, terutama di wilayah Saigon, mulai melihat kembali ajaran Islam yang benar. Ketika itu, di antara umat Muslim terjadi perkenalan dan dialog tentang Islam. Sehingga, muncul pemahaman tentang hakikat Islam yang sesungguhnya.
Mereka kemudian mulai memperbaiki diri dan mengajak masyarakat Muslim di negara itu untuk kembali ke ajaran Islam yang benar. Meskipun pada awalnya mendapatkan penolakan, akan tetapi usaha pembaharuan ini lama kelamaan semakin diterima. Muslim di Vietnam pun sudah banyak yang menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Makkah.
Sertifikasi Halal
Muslim memang minoritas di Vietnam, namun sertifikasi halal diberlakukan ketat di negeri itu. Negeri yang perekonomiannya kini mulai menggeliat mulai menyasar ekspor ke negara-negara mayoritas Muslim, menyasar 1,83 miliar Muslim di seluruh dunia.
Mohammed Omar, auditor utama Badan Sertifikasi Halal Vietnam (Viet Nam HCA), mengatakan, pasar halal global memiliki nilai sebesar 2,77 triliun dolar AS.
"Sertifikasi halal adalah skema global untuk produk atau jasa. Ini adalah proses independen untuk memverifikasi bahan halal dan haram dan kondisi kemurnian diperlukan untuk memenuhi standar Alquran dan syariah," ujar Omar.