REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Tentara Filipina terlibat konfrontasi bersenjata dengan milisi Abu Sayyaf di Pulau Bohol, Selasa (11/4). Lima anggota milisi Abu Sayyaf dan empat personel keamanan Filipina dilaporkan tewas dalam kontak senjata tersebut.
"Tentara Filipina bentrok dengan anggota militan yang dikenal biasa memenggal kepala sanderanya, menyebabkan empat anggota personel keamanan dan lima pemberontak tewas," kata militer Filipina dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan laman New York Times.
Baku tembak antara militer Filipina dan milisi Abu Sayyaf itu terjadi sehari setelah Kedutaan Amerika Serikat (AS) dan Ausralia memperingatkan warganya agar tidak tidak berpergian ke daerah-daerah Filipina, terutama pulau-pulau Cebu dan Bohol.
Peringatan itu dikeluarkan setelah AS dan Australia mengaku menerima informasi tentang akan adanya aksi penculikan di daerah-daerah tersebut.
Kendati demikian, AS dan Australia memang tidak menyebut bahwa aksi penculikan akan dilakukan oleh milisi Abu Sayyaf. "Kedutaan tidak mengidentifikasi sumber informasi, mereka juga tidak mengutip Abu Sayyaf, kelompok milisi Islam yang dulu terafiliasi dengan Alqaidah dan sekarang berjanji setia kepada ISIS," kata pejabat intelijen Filipina.
Juru bicara militer Filipina Kolonel Edgard Arevalo mengatakan pascabaku tembak dengan kelompok milisi, petugas telah mengamankan empat pucuk senjata dan bom rakitan.
Milisi Abu Sayyaf dikenal kerap menculik wisatawan asing dan lokal yang melintas di perairan Filipina. Setelah itu mereka akan meminta sejumlah uang tebusan.
Pada 2004, milisi Abu Sayyaf pernah mengebom sebuah kapal feri penumpang Manila Bay. Insiden itu menewaskan lebih dari 100 orang dan dianggap sebagai serangan teror terburuk di Filipina.