Jumat 14 Apr 2017 21:37 WIB

Kisah Ka'ab dan Syair Penggugah Semangat Jihad

Red: Nasih Nasrullah
Sejumlah jamaah menuruni Jabal Rumat dengan latar belakang Jabal Uhud sekitar lima kilo meter sebelah Utara kota Madinah, Ahad (13/8). (Republika/ Amin Madani)
Foto: Republika/ Amin Madani
Sejumlah jamaah menuruni Jabal Rumat dengan latar belakang Jabal Uhud sekitar lima kilo meter sebelah Utara kota Madinah, Ahad (13/8). (Republika/ Amin Madani)

REPUBLIKA.CO.ID, Bangsa Arab terkenal dengan kemampuan bersastra yang sangat mumpuni. Ini pulalah yang menjadi latar belakang mengapa Alquran yang sarat dengan sastra yang tinggi itu diturunkan sebagai mukjizat atas kerasulan Muhammad SAW.

Begitu Islam datang, tradisi bersastra pun masih bertahan dengan varian fungsi dan perannya. Salah satunya sastra digunakan sebagai penggugah semangat jihad, seperti yang dicontohkan Ka’ab bin Malik. 

Ka’ab merupakan warga Yastrib yang berangkat bersama rombongan ke Mekkah untuk mengucapkan sumpah setia kepada Nabi Muhammad SAW. Itu dalam Baiat Aqabah Tsani yang diikuti total 74 penduduk Yastrib. Ka’ab hidup sampai zaman Dinasti Umayyah yakni hingga usia 77 tahun. 

Salah satu syair gubahan Ka’ab bin Malik yang paling dikenang adalah ketika perang Uhud berkecamuk. Saat itu, Ka’ab ikut terjun dalam pasukan Muslim yang melawan balatentara musyrik Quraisy dan sekutunya. Ka’ab berkesempatan mengenakan baju perang Rasulullah SAW yang berwarna kuning. Hal ini menandakan penghormatan yang diberikan kepada Ka’ab sebagaimana kaum Anshar.