REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditemukan naskah kuno yang termuat dalam hieroglif Mesir Kuno sekitar 200 tahun silam memunculkan kejutan. Dalam naskah hieroglif tersebut, tertulis nama Haman.
Menurut Harun Yahya, hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir Kuno itu belum dapat dipahami. Bahasa Mesir Kuno tersusun atas lambang-lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa hieroglifik. Gambar-gambar dalam hieroglif itulah yang memaparkan kisah dan menjadi catatan sejarah peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan kegiatan bangsa Mesir Kuno. Tulisan dan gambar-gambar itu diukir pada batu.
Dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya pada abad ke-2 dan ke-3, Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan hieroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu. Contoh terakhir penggunaan tulisan hieroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan lambang telah terlupakan hingga tak menyisakan seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya.
Karena itu, hal tersebut membuat pengkaji sejarah dan kepurbakalaan harus berupaya keras untuk mengungkapkan isi dari naskah kuno tersebut.
Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar dua abad silam. Pada tahun 1799, usaha para pengkaji sejarah dan kepurbakalaan mulai menemukan titik terang. Sedikit demi sedikit, mereka mampu mengungkapkan rahasia hieroglif Mesir Kuno melalui penemuan sebuah prasasti yang disebut "Batu Rosetta."
Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM. Nilai penting prasasti ini adalah tiga bentuk tulisan tulisan dalam prasasti: hieroglif, demotik (bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir Kuno), dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir Kuno diterjemahkan. Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh orang Prancis bernama Jean-Francoise Champollion.
Dengan demikian, sebuah bahasa yang telah terlupakan dan aneka peristiwa yang dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang peradaban, agama, dan kehidupan masyarakat Mesir Kuno menjadi tersedia bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.
Dari sinilah, akhirnya nama Haman terungkap dan benar-benar disebutkan dalam prasasti-prasasti Mesir tersebut. Nama ini tercantum pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan dekat antara Haman dan Firaun. (Walter Wreszinski, Aegyptische Inschriften aus dem KK Hof Museum in Wien, 1906, JC Hinrichs' sche Buchhandlung, sebagaimana dikutip Harun Yahya).
Dalam kamus People in the New Kingdom, yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai 'pemimpin para pekerja batu pahat' (Hermann Ranke, DieÄgyptischen Personennamen, Verzeichnis der Namen, Verlag Von JJ Augustin in Gluckstadt, Band I, 1935, Band II, 1952). Sama persis dengan keterangan Alquran.
Ayat Alquran yang mengisahkan permintaan Firaun kepada Haman agar mendirikan menara sesuai pula dengan penemuan purbakala itu. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Alquran telah terbukti keliru.