Selasa 25 Apr 2017 08:18 WIB

Hollande Desak Rakyat tak Pilih Le Pen

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Prancis Francois Hollande.
Foto: Reuters
Presiden Prancis Francois Hollande.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Francois Hollande meminta kepada pemilih Prancis agar tak memilih kandidat sayap kanan Marine Le Pen. Ia membeberkan beberapa risiko untuk Prancis jika Le Pen terpilih menjadi presiden selanjutnya.

Hollande dengan jelas menyatakan dukungannya kepada kandidat pro Uni Eropa Emmanuel Macron. Macron yang merupakan kandidat termuda, 39 tahun, memperoleh suara terbanyak pada pemungutan suara putaran pertama, yaitu 24,01 persen. Sedangkan terbanyak kedua sebanyak 21,3 persen diraup oleh pemimpin partai Front National, Le Pen.

Hasil pemungutan suara menunjukkan Macron yang merupakan seorang advokat muda pro perdagangan bebas dan pembatasan terbuka itu memimpin suara di kota-kota. Sedangkan Le Pen memenangkan suara di daerah pedesaan yang tertinggal globalisasi.

Presiden sosialis itu mendukung mantan menteri ekonominya karena ingin menggagalkan misi anti-imigran dan anti-Uni Eropa yang diusung Le Pen. Le Pen harus memperoleh dukungan lebih banyak ketimbang Macron jika ingin menang. Mengingat kedua kandidat dari partai sosialis berkuasa dan partai Republik gagal dalam putaran pertama, hal ini membuktikan mereka adalah pilihan orang-orang tua yang terdiskreditkan.

Pada saat kampanye ke pasar di utara kota Rouvroy pada Senin (24/4) waktu setempat, Le Pen (48 tahun) mengatakan partai Republik sudah lapuk. Biasanya koalisi anti-FN dari partai utama terbentuk saat FN berada di gerbang kekuasaan.

"Saya di sini untuk memulai kampanye putaran kedua dengan cara satu-satunya yang saya tahu di tanah rakyat Prancis," kata Le Pen saat itu, seperti dikutip AFP, Selasa (25/4).

Sementara dalam wawancara dengan TV France 2, Le Pen mengatakan tidak ada dari kebijakan atau perilaku Macron yang menunjukkan bukti cinta untuk Prancis, sekecil apa pun. Ia percaya akan menang.

Le Pen juga mengaku sedang mengatur urusan partai ke satu sisi agar bisa berkonsentrasi pada kampanye. "Saya akan merasa lebih bebas, saya akan berada di atas pertimbangan partisan. Ini adalah tindakan yang penting," ujarnya.

Le Pen yang ingin meniru kemenangan Donald Trump di AS menilai saat ini Prancis dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu antara pelarian globalisasi atau proteksionis Prancis.

Misinya yang ingin mengembalikan perbatasan Prancis dengan negara tetangganya di Eropa, menarik keluar dari zona euro dan membuat referendum untuk meninggalkan Uni Eropa telah menaburkan rasa takut sebagai pukulan lain bagi blok tersebut setelah Brexit.

Pada Senin (24/4) diketahui saham Euro dan Eropa naik. Hal ini didukung oleh harapan Macron adalah kandidat favorit untuk menjadi presiden selanjutnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement