REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Islam saat ini dianggap sebagian masyarakat sebagai agama yang menakutkan, mengkhawatirkan, bahkan dipersepsikan sebagai suatu ancaman dalam peradaban dunia. Hal itu lantaran paham ekstremisme dan radikalisme mulai meningkat di Indonesia.
Mengapa demikian? Menurut Lukman, harus diketahui terlebih dahulu bahwa banyak alasan yang memicu orang menjadi ekstrem daa radikal. "Di banyak kajian dan studi, tentu banyak faktor. Penyebabnya kompleks, tak tunggal. Ada dua faktor penyebab menjadi ekstrem dalam beragama, ekstrem artinya berlebihan," kata Lukman dalam kuliah umum bertema 'Deradikalisasi Agama di Kampus Sebagai Komitmen Konsensus Bernegara' di Aula Asrama Haji Palu, Senin (15/5).
Lukman menerangkan, Islam itu hakikatnya adalah agama yang di tengah atau disebut moderat. Karena itu, ia menganggap, faktor pertama terjadinya ekstremisme akibat tekanan beban hidup menjadi semakin besar.
Dia menerangkan, Tuhan saat ini tak lagi menciptakan lahan, lautan, dan hutan. Bahkan, kata dia, jangankan bertambah, malah tempat tinggal manusia malah menyusut. Sementara jumlah manusia terus bertambah dan kompetisi semakin ketat.
"Tanpa mempersoalkan faktor hukum, sosial, dan budaya, jadi melihat faktor ini saja menimbulkan kompetisi persaingan hidup makin keras dan ketat. Jadi agama dijadikan alat justifikasi sebagai alat merespons ketidakadilan, agama dijadikan faktor pembenar," kata Lukman.
Menurut Lukman, faktor kedua pemicu ekstremisme terkait pemahaman keagamanan yang perlu diluruskan. Dia menjelaskan, pemahaman yang tak mendalam atau sempitnya wawasan terkait substansi membuat ada kelompok tak memahami ajaran keagamanan secara menyeluruh.
"Semakin sempit wawasan semakin mudah menyalahkan orang lain. Tidak memonopoli kebenaran itu yang harus dibangun. Jangan bunuh diri dianggap bagian syahid," ujar Lukman.
Karena itu, ia berpesan kepada peserta Kongres XIX Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) untuk bisa menjadi penganut Islam jalan tengah.
Dia juga meminta anggota PMII untuk tidak melabeli dan merespons secara ekstrem pula kepada mereka yang merupakan keloompok ekstrem.
"Islam menebarkan kedamaian, merangkul, mengayomi, bukan menjaga jarak. PMII memiliki paham inklusif yang mengayomi, bukan yang merasa benar sendiri," ujar Lukman.