REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Direksi RSUD Kota Tasikmalaya memenuhi panggilan DPRD Kota Tasik, Senin (15/5) untuk memberi penjelasan kenaikan tarif layanan.
Direktur RSUD Kota Tasik, Wasisto Hidayat dalam paparannya mengatakan, salah satu alasan kenaikan tarif layanan lantaran terjadi defisit anggaran di RSUD.
RSUD Kota Tasik dikatakan Wasisto Hidayat, mengalami kesulitan anggaran dalam pengadaan sarana dan prasarana bagi pelayanan pasien. Sebab, tarif yang dikenakan tak pernah berubah sejak tahun 2006. Ia mencontohkan adanya kerusakan pendingin di berbagai ruangan karena tak ada anggaran perbaikan.
"Ada fasilitas rumah sakit yang tidak bisa diganti seperti AC yang mati. Karena kami utamakan bayar obat pasien. Kami defisit sarana. Uang dari VIP cuma Rp 600 juta sebulan, itu tidak cukup untuk membiayai ruangan VIP yang banyak," ujar Wasisto.
Ia menawarkan opsi kenaikan tarif, baik untuk rawat inap dan rawat jalan bagi kelas 2, 1, VIP dan VVIP agar bisa menopang anggaran sarana dan prasana. Sebab, ia menjamin jika tak ada kenaikan, maka mutu RS akan terus menurun.
"Kalau dipaksakan tidak naik, boleh, tapi mutu RS anjlok. Kalau ada penghasilan dari penaikan tarif, (digunakan) untuk sarana prasarana dan defisit kelas 3," ujarnya.
Di sisi lain, ia enggan berkomentar alasan tarif yang baru dinaikkan saat ini. Namun menurutnya, kenaikan seharusnya dilakukan setiap tiga tahun sekali agar masyarakat tidak terkejut seperti sekarang.
"Harusnya setiap tiga tahun sekali, tapi dulu ada masa tertentu ingin naik tapi tidak bisa. Usulnya kami sesuaikan dengan tarif sekarang dengan RS lain yang setipe," ucapnya.